Langsung ke konten utama

4 Gaya Belajar Anak yang Harus Ayah Bunda Ketahui!

Tiga tahun lalu, saya masih ingat betapa sulitnya mengenalkan huruf pada si sulung. Bahkan ia sampai menangis untuk membedakan mana huruf 'v' dan 'w'. Untungnya sesi huruf berperut seperti 'b' dan 'd' sudah dikuasainya.

Hampir sepekan tugas saya hanya mengenalkan huruf v dan w. V untuk violin dan vas bunga, dan w untuk wortel. Akhirnya kakak mengusai alfabet. Tidak terlalu sulit saat membaca dua suku kata. 

10 kata pertama yang berhasil kakak baca ketika usianya 6,5 tahun

Namun hambatan selanjutnya adalah membaca kata kerja dengan imbuhan meng- dan meny-.

Saya berusaha untuk tidak membandingkan dengan si adik yang mungkin tak perlu tenaga dan air mata untuk mengenalkan huruf dan mengajarinya membaca.
Adik sudah lancar membaca buku di usia 6 tahun 3 bulan.
Saya juga menahan rapat lisan ini, untuk tidak membanggakan diri dan menceritakan masa kecil ketika saya sudah lancar membaca di usia 4 tahun.
Padahal saya sudah melakukan apa yang bapak dan ibu lakukan ketika mengajari saya dulu. 

Di usia dini zaman dulu tentu tidak ada beragam pendidikan yang mengenalkan calistung. Orang tua saya mengajarkan semuanya lewat keseharian.
  • Bapak membuat flashcard ala-ala jadul dengan menggambar hewan dan buah di kertas buku gambar
  • mengenalkan dan mengeja huruf melalui kata di sekitar kita, terutama saat di perjalanan. Misal rumah sakit, bus antar kota, mikrolet dll.
  • membacakan buku dan membelikan buku cerita anak.
Semua cara ini sudah saya lakukan. Tapi proses membaca dengan lancar sampai dengan saat ini belum tuntas. Bahkan saya merasa kakak tidak pernah tertarik terhadap buku. 

Suatu hari ada yang membuat saya tersadar, ketika usianya 6 tahun ia pernah bertanya,
"Bu, badak itu kan menyusui kan, 
masa kata ayah bukan."

" Iya betul, kakak tau dari mana?"'

"Ibu kan pernah bilang, kalau hewan kaki 4, punya daun telinga, dia itu melahirkan, berarti nyusuin juga kan?" 
Saya hanya tersenyum. Bahkan saya tidak ingat sama sekali pernah memberitahu hal tersebut.

"... kita kan gak perlu liat badak dan bayinya menyusui ya Bu?"
Lagi-lagi saya tersenyum. Dan masih banyak lagi cerita lainnya yang ia ingat namun saya tak sedikitpun mengingatnya.

Ya. 
Anak itu adalah pengingat yang baik.
ia selalu mendengar dengan jelas dan tertangkap pasti pada suara yang datang padanya.

Ia selalu mendengar apa yang saya dan orang sekitarnya katakan. Tanpa harus mencatat dan merekamnya.

Tidak hanya itu, di usia yang ke-9, ia banyak memelajari hal apapun dari youtube dan sosial media lainnya. Saya sangat terbantu dengan hal itu, dengan mendengar sedikit ia segera bergerak dan berkreasi.

Konon hal tersebut dinamakan gaya belajar. Sejak usianya 8 tahun saya sangat memaklumi keengganannya membaca buku dan menulis.
 
Kakak memiliki gaya belajar tipe auditori. Ia menjadikan pendengaran sebagai indra untuk mengenal dunia, memahami orang lain, dan menjelajah semesta.

Jika ia saja berusaha mengenal semesta dengan pendengarannya, mengapa orang dewasa sulit dan sibuk membandingkan?

Oleh karena itu ayah bunda wajib mengenal gaya belajar ananda agar kelak ia merasa dipahami dan belajar baginya adalah sesuatu yang menyenangkan.

Gaya Belajar (Learning Styles)

Gaya belajar adalah cara seseorang untuk menangkap, memahami, dan mengekspresikan suatu informasi yang diterimanya.

Gaya belajar setiap orang berbeda-beda. Ada yang lebih menyukai belajar dengan mendengarkan podcast, ada pula yang hanya membaca buku sudah paham. tidak ada yang salah dengan cara demikian. Masing-masing memiliki jalan dalam memahami informasi. Sebuah cara yang dianggapnya efisien dan efektif untuk diri sendiri.

Ketika orang dewasa memahami akan gaya belajar ananda, tentu suasana pembelajaran akan lebih menyenangkan. Guru dengan siswanya yang sedemikian majemuk tentu kerepotan ketika harus memahami gaya belajar tiap peserta didiknya. Oleh karena itu ortu terlebih dahulu yang harus memahami gaya belajar apa yang dimiliki oleh ananda. 

Lantas gaya belajar apa saja yang perlu ayah bunda ketahui?

Ada 4 tipe gaya belajar menurut Neil Flemming yang harus ayah bunda ketahui. Gaya belajar in dijelaskan sebagai VARK Model. VARK sendiri merupakan singkatan dari empat tipe gaya belajar, antara lain visual, auditory, reading/writing, dan kinesthetic.

1. Visual

showmeimages.com

Ananda pembelajar visual biasanya akan cepat memahami materi melalui indra penglihatannya (mata). Mereka akan cepat membaca diagram, charta, mind mapping, dan gambar. Saat mencatat biasanya mereka suka menandakan bagian tertentu dengan aneka warna. Mereka juga sangat cepat dalam memelajari simbol seperti tulisan arab, jepang dan korea. Kelemahan anak visual adalah tidak dapat terlalu lama mendengarkan cerita/ penjelasan dari guru/ ortu. Alangkah baiknya, jika penjelasan diselingi gambar dan simbol yang menarik.

2. Auditori

sundayschoolzone.com

Ananda dengan gaya belajar auditori cepat memahami sesuatu melalui indra pendengarannya. Anak auditori lebih suka mendengarkan orang lain daripada mencatat dan membaca.Tidak heran jika ananda terlihat enggan membaca, tapi selalu merekam dengan baik apa yang dikatakan orang lain. Ia bisa menangkap dengan cepat penjelasan dari gurunya dan mampu menceritakan kembali apa yang ia dengar. 

Kelemahan anak auditori adalah sulit berkonsentrasi di tempat ramai. Ia membutuhkan tempat yang tenang agar bisa fokus. Ia juga sulit fokus ketika membaca, karena itu anak auditori harus membaca dengan suara keras atau membaca bersama teman-teman agar ia bisa mendengar suara dan menangkap informasi tersebut. 

3. Reading/ Writing

tutoringwithatwist.ca

Ananda dengan tipe belajar reading/writing cepat memahami sesuatu dengan apa yang dibacanya dan dituliskan kembali. Ia mampu menuliskan kembali apa yang dibacanya dengan kata-katanya sendiri. Ia senang membaca buku, artikel dan mencari kata-kata di kamus. 

Perbendaharaan katanya cukup banyak, sehingga anak dengan tipe ini mampu membuat tulisan  seperti buku harian, cerpen, puisi dengan lebih mudah dibandingkan tipe belajar lainnya. 
Mereka kurang nyaman dengan mendengarkan penjelasan guru dan gambar yang disajikan. Karena itu, anak dengan tipe ini harus menggali sebanyak-banyaknya informasi melalui buku, artikel, internet sebagai bahan referensi mereka. Mereka membaca buku, menulis ulang dan membacanya kembali. Di lingkungan kelas tradisional cara ini memang cocok, tapi untuk pembelajaran diskusi tentunya ananda dengan tipe ini akan mengalami kesulitan. 

4. Kinestetik

learningthis.life

Anak dengan tipe belajar kinestetik adalah mereka yang tidak bisa berlama-lama dalam pembelajaran tradisional. Anak-anak ini harus melibatkan aktivitas fisik (gerakan) di dalam proses belajar. Untuk lebih memahami sesuatu, mereka perlu menyentuh atau merasakannya. 

Misalnya saja pada materi metamorfosis serangga. Anak auditori memahami dengan mendengar penjelasan tentang perubahan serangga dari telur hingga dewasa. Anak visual cukup memahami dengan melihat video atau gambar di buku. Anak read-writing tentu saja dengan membaca dan menuliskan kembali. Namun anak kinestetik harus menangkap serangga, misalkan lalat dan menaruhnya dalam kandang berisi makanan hingga lalat itu bertelur, menjadi larva, kempompong baru akhirnya lalat dewasa.
Atau ayah bunda bisa mengajaknya ke penangkaran kupu-kupu. Mereka bisa menyaksikan langsung bagaimana ulat menjalar di dedaunan, bagaimana kepompong menggantung di ranting tanaman dan bagaimana kupu-kupu dengan indahnya kian kemari. Semua fase tersebut ada di dalam penangkaran!

Mereka harus melibatkan kelima alat indranya daripada mendengarkan ceramah atau menonton demonstrasi secara pasif. 
Kelemahan anak kinestetik adalah cepat bosan di dalam ruangan (kelas tradisional) dengan metode ceramah. Orang tua dan guru dengan anak kinestetik harus memperbanyak eksperimen, belajar di alam dan banyak bergerak untuk mendapatkan hasil terbaik. Ketika bergerak, mereka mendapatkan energi dan bisa fokus untuk menerima materi berikutnya. 

Dengan memahami gaya belajar pada ananda, ortu bisa menerima kelebihan dan kekurangan anak. Orang tua juga juga lebih siap menjadi manager yang baik dalam memberikan materi untuk ananda.
Kembali diingat bahwa guru hanyalah support system pendidikan ananda. Ortu yang utama sebagai pendidik sejati. Ketika ayah bunda tahu benar apa yang dibutuhan ananda, lalu bagaimana menyiasati kelemahannya maka hasil belajar terbaiklah yang akan diperoleh.
Sebab intisari dari sebuah pembelajaran adalah ketika anak 'memahami' bukan ketika anak menjadi yang 'terbaik'. 

Selain itu, ketika ortu kenal dengan gaya belajar anak, mereka akan lebih enjoy dalam belajar karena merasa dipahami ayah bundanya.

Seperti saya yang akhirnya tidak terlampau gusar ketika tau, bagaimana harus menangani kakak dan adik sesuai dengan gayanya.

Gaya mana yang lebih baik itu bukan poinnya, tapi cara apa yang akan digunakan untuk menghadapi keduanya itu harus diperkirakan dan direncanakan.

Jadi, apakah gaya belajar ayah dan bunda ?
jangan sampai belum tahu ya :)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengapa Anak-Anak Sulit Membedakan Kanan dan Kiri?

Kanan, kiri kulihat saja  Banyak pohon cemaraaa…aaa Kanan kiri, kulihat saja Banyak pohon cemaraaaa… Siapa yang tidak mengenal lagu tersebut. Ayah dan bunda pasti pernah menyanyikannya waktu kecil. unsplash.com Lalu sekarang menyanyikannya bersama ananda tercinta. Tapiiii…. Kalo tiba-tiba mereka bertanya,  “Bunda, sebelah kanan yang mana sih?” Nah lho, udah nyanyi enak-enak, ternyata mereka belum bisa membedakan mana bagian kanan dan kiri.  ***** Hal inilah yang sering dirasakan sebagian orang tua.  Hal ini seringkali tidak disadari, walaupun mereka makan dan menerima benda menggunakan tangan kanan, dan istinja dengan menggunakan tangan kiri. Ketika menerima perintah, "Kakak tolong ambilkan bawang merah di kotak sebelah kanan botol minyak." Bagi anak yang belum paham, akan sejenak berpikir dan mencari bagian yang dimaksud bunda. Bagi ananda yang sama sekali kebingungan, akan terus celingukan mencari mana kanan dan kiri. Hal ini dinamakan left and right...

After School Doctor, Serial Jepang Unik, Hangat dan Penuh Empati (Sebuah Review)

www.imdb.com Judul Film (Serial): After School Doctor Sutradara: Yuma Suzuki, Kentaro Nishioka Penulis: Mayu Hinase (manga), Kayo Hikawa Tahun rilis: 2024 Episode : 10 Genre: Drama (medis dan sekolah)  Pemeran: Kouhei Matsushita (dr. Makino), Aoi Morikawa (Ibu guru Shinoya), Horan Chiaki (Ibu Guru Yoshino), dll Platform: Netflix Manga Houkago Karute  After School Doctor adalah series yang berasal dari negeri sakura. Series ini berasal dari manga yang berjudul Houkago Karute yang ditulis oleh Mayu Hinase. Cerita ini diawali dengan dokter Makino, seorang dokter anak yang dipindah tugaskan ke sebuah Sekolah Dasar. Ia menjadi dokter penanggung jawab di Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).  Dokter Makino dipindahkan karena beberapa masalah pribadi yang terjadi di sana. Ia terkenal dengan dokter anak yang keras, dingin dan selalu bicara apa adanya. Karakternya pun tidak banyak berubah ketika bertugas di UKS. Dokter Makino memiliki kemampuan analisis dan observasi yang taj...

PJB 5, Komik Islami yang Bergizi dan Renyah

Judul buku: Pengen Jadi Baik (5) Nama pengarang buku: Squ Tahun terbit buku:2019 Penerbit: Wak Up Early Ketebalan buku: v+155 halaman Harga: Rp 50.000 “Angel investor yang kumaksud disini adalah orang baik yang mau memberi pinjaman kepada kita tanpa mengharapkan tambahan apapun, tanpa bunga, tanpa balas jasa, tanpa ambil untung apapun,. Hanya murni menolong, ikhlas, Lillahi Ta’ala.” (Pengen Jadi Baik, halaman 32) Potongan isi tersebut ada di dalam seri ke-5 dari Pengen Jadi Baik. Seperti seri sebelumnya, Pengen Jadi Baik tetap menjadikan abah, Mama K, dan Kevin sebagai tokoh utamanya. Komik ini mudah diterima seluruh kalangan. Bahasa yang mudah dipahami dan adanya tokoh Kevin yang selalu diceritakan di tiap jenjang usianya ikut meringankan cerita ini. Berbeda dari seri sebelumnya, yakni PJB 4, membaca PJB 5 seperti kembali membaca tiga seri sebelumnya. Pada PJB 4 hampir 50% nya menceritakan seputar ibadah haji yang keluarga Abah laksanakan. PJB 5 kembali menceritakan keseh...