Mengajak ananda bepergian sepertinya bukan sekadar sarana refreshing semata.
Travelling bersama keluarga selain sebagai hiburan dapat dijadikan media edukasi.
Namun, ketika merencanakan untuk bepergian, ayah bunda harus menentukan lokasi yang sesuai dengan kebutuhan keluarga, budget, dan kondisi anak-anak.
Lalu pastikan destinasi yang dituju adalah lokasi yang membuat ananda senang serta mendapatkan pengalaman yang selalu diingat seumur hidupnya.
Kali ini kami memilih Kota Bogor sebagai tujuannya.
Sebetulnya edutrip ini sekaligus acara di komunitas, tapi kami manfaatkan untuk mengetahui apa sih yang diinginkan anak-anak hari itu.
Museum Tanah dan Pertanian
Museum tanah dan pertanian (mustani) adalah museum yang terletak di pusat kota Bogor, seberang Kebun Raya Bogor dan samping Gerbang Suryakencana.
Museum ini dulunya adalah Laboratorium voor Agrogeologie en Grond Onderzoek milik pemerintah Belanda.
Kini menjadi aset Barang Milik Negara (BMN) yang dikekola oleh satuan kerja Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian.
Karena masih dikelola oleh negara, beruntungnya untuk berkunjung ke museum ini, tidak dipungut biaya.
Siapapun bebas berkunjung.
Untuk rombongan harus reservasi dulu sebelumnya agar kakak pemandu siap membantu 😁.
Tapi jangan lupa untuk memerhatikan jam operasional ya dan pastinya perhatikan adab bertamu saat di tempat umum.
Berikut jam operasional Museum Tanah dan Pertanian:
| Senin | 09.00–15.00 |
| Selasa | 09.00–15.00 |
| Rabu | 09.00–15.00 |
| Kamis | 09.00–15.00 |
| Jumat | 09.00–15.00 |
| Sabtu | Tutup |
| Minggu | Tutup |
Alhamdulillah museum ini kebetulan menjadi destinasi utama komunitas kami hari itu. Kunjungan edukatif sangat tepat untuk ananda usia 7-10 tahun. Sebab mereka memerlukan kegiatan edukatif dan struktural lainnya untuk memperkaya wawasan dan memperkaya aktivitas.
Di kamis pagi itu pun, anak-anak terlihat antusias mendengarkan informasi dari kakak pemandu.
Di awal kegiatan kakak pemandu menjelaskan tentang asal usul pembentukan tanah.
Selanjutnya kami disajikan dengan bebatuan yang sudah mengeras. Ada yang sudah menjadi kayu dan ada yang sudah menjadi batu. Di ruangan berikutnya ada jenis-jenis tanah dari berbagai daerah. Seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali dll. Anak-anak pun boleh memegang langsung tanah gambut yang ada di ruangan tersebut.
"Lengket, basah dan berbau rumput."
Ujar salah satu anak yang menyentuh tanah itu.
Tanah yang menjadi display di ruang itu adalah tanah sungguhan. Pun dengan beberapa detritivor awetan di sekitarnya.
Ini mengingatkan saya akan museum zoologi yang terletak di dalam KBR.
Museum Tanah dan Pertanian dibagi menjadi dua gedung, yang pertama di bagian depan adalah Museum Tanah dan di bagian belakang adalah Museum Pertanian.
Di bagian gedung kedua kami pun mengamati berbagai hasil pertanian yang berupa sampel bahan pangan dan gambar.
Sampel tersebut dimasukkan ke dalam toples agar anak-anak dapat mengenal langsung hasil pertanian Indonesia.
Beberapa hasil pertanian yang sulit di jadikan contoh, dibuat tiruannya seperti pahatan kayu dan akrilik.
Di museum pertanian pun dijelaskan bahwa pertanian tidak berdiri sendiri. Pertanian bersifat terintegrasi, artinya saling berhubungan satu sama lain.
Oleh karena itu, kami tidak hanya diberikan informasi seputar tanah dan pertanian, tapi juga pertenakan dan hewan ternak serta hasil peternakan.
Kami pun diajak ke rooftop dan dibolehkan duduk serta berfoto di lantai teratas tersebut. Terlihat jelas pemandangan di bawahnya berupa pasar tradisional Bahkan tanpa melihat pun kami tahu itu pasar karena riuh nya para pedagang yang menawarkan aneka bahan pangan.
Tanpa terasa kami sudah mengeliingi mustani selama 1 jam lebih. Anak-anak mulai terlihat lelah tapi puas dengan apa yang mereka peroleh hari itu.
Setelah makan camilan dan beristirahat rombongan pun saling berpamitan.
Saya pun pulang mengingat jadwal kereta menuju nambo hanya 2 jam sekali. Kami bergegas ke Stasiun Bogor untuk mengejar kereta jam 11.50
Angkutan Perkotaan
Konon Bogor itu adalah kota angkot.
Ya itu sudah sejak zaman kami sekolah. Angkot di Bogor memang banyak sekali. walaupun sekarang tidak seramai dulu. mungkin karena sudah bermunculan angkutan online dimana-mana.
Hari itu kami berempat bersama seorang sahabat dan putranya naik angkot ke stasiun Bogor.
Jaraknya sangat dekat dari museum, dengan tarif Rp5.000 kami naik angkutan bernomor 03.
Selanjutnya kami menyebrang dan melewati alun-alun Kota Bogor yang dulunya taman topi.
Ah... masih teringat 16 tahun lalu ketika saya dan teman-teman kuliah mengunjungi taman topi sepulang praktek ekologi air di KBR.
Dulunya tempat itu adalah tempat wisata murmer di Bogor. Saya sempat membeli es krim cone durian yang rasanya masih teringat hingga sekarang. Di sekat taman itu saya pun membeli roti unyil bogor untuk oleh-oleh adik dan ibu.
Waktu pun sudah berubah, taman topi ternayat sudah pindah ke kaki gunung salak dan tempat itu kini dijadikan alun-alun kota Bogor tempat berkumpul dan bersenda gurau bersama warga setempat.
Seperti anak-anak hari itu yang menikmat permainan jungkat jungkit sebelum memasuki stasiun.
KRL Commuter Line
Inilah yang paling ditunggu-tunggu.
Bagi anak laki-laki kami, perjalanan dengan kereta lah yang paling ia nantikan.
Pertama kali naik kereta usianya masih 5 tahun, dan belum menikmati perjalanannya. Pun dengan si anak gadis, yang sejak di angkot begitu antusias hingga tiba di stasiun pun ia begitu bersemangat menuju gerbang kereta.
Terakhir melakukan perjalanan kami masih menggunakan kartu jaminan. ternyata sekarang sudah tidak ada lagi, hanya ada KMT (Kartu Multi Trip) dan e card untuk pembayaran.
Selain itu bisa menggunakan aplikasi link aja dan go transit.
Kami pun menggunakan 2 e-card dan 2 aplikasi link aja karena hanya orang dewasa yang memiliki hp.
Hari itu pertama kalinya kami menggunakan aplikasi link aja. Awalnya masih bingung, tapi setelah ditanyakan ke petugas, ternyata sangat mudah.
Cukup men shake hp atau menekan beberapa tombol hingga kode QR tiket keluar dan scan di gate tiket.
Duh... hari itu, kami yang belajar banyak dari perjalanan ini.
sedangkan anak-anak cukup men-tap kartu yang mereka pegang masing-masing.
Biaya yang dikenakan pun cukup murah.
Untuk perjalanan Bogor-Nambo cukup menghabiskan saldo Rp4.000. Bahkan HTM nya pun lebih murmer dibanding biaya angkot ya hihihi
Setelah melewati gate, kami pun menuju kereta yang baru saja menurunkan penumpang dari stasiun Kota Jakarta.
Kami akan naik kereta hingga stasiun Citayam, stasiun transit untuk tujuan ke nambo.
Karena hari itu adalah jam tidak padat, kereta tampak lenggang. Kami memilih kursi di gerbong wanita.
Sedangkan ayahnya anak-anak, di gerbong selanjutnya.
Anak-anak sangat menikmati perjalanan.
"Bu nanti naik kereta lagi ya!"
Belum saatnya turun mereka sudah ingin lagi merasakan naik kereta.
Commuter line saat ini memang jauh berbeda dengan kRL zaman saya sekolah.
Saat ini angkutan umum bergebong panjang ini sangat bersih, teratur, dan dislipin.
HIngga anak-anak pun nyaman berada di dalamnya.
Setelah 20 menit kami sampai di stasiun Citayam.
Benar saja, sesuai jadwal keberangkatan, kereta nambo tiba di citayam pukul 11.50
Begitu kami turun, kami naik lagi kereta yang baru saja tiba itu dengan berlarian.
Untung pak masinis masih mau menunggu emak-emak yang jalannya agak pelan ini heheheh.
kereta Nambo sebetulnya beroperasi KRL Commuter line sejak 1 April 2015. Terlihat dari armada nya yang demikian bersih dan apik.
Di dalam kereta ini, anak-anak malahan tidak duduk lagi. Saking kosongnya mereka hanya melihat pemandangan dari kaca pintu kereta.
ah..
Bahagianya anak-anak saat itu, merasakan kenyamanan dan kemudahan bertransportasi.
Dari angkot hingga kereta, tidak terdengar sedikitpun keluhan.
ya sepertinya selain wisata edukasi, rasanya mereka lebih menikmati bagian wisata mengenal transportasi publik.
Memang hal ini adalah kewajiban anak-anak, karena kelak mereka akan menjadi bagian dari masyarakat besar yang menggunakan alat transportasi.
Resiko bertransportasi tentu ada, namun setiap manusia sudah dibekali kemampuan untuk bertahan hidup dan menyelamatkan diri.
Cukup hadapi saja dan berdoa.
semoga di perjalanan baik-baik saja dan selalu dalam lindungan-Nya.
"Terus bu, kalo aku naik angkot nanti ada copet gimana?"
kakakkkkkkkkkk....
Komentar
Posting Komentar