educenter.id
Banyak orang tua mengeluhkan betapa sulitnya meminta ananda untuk belajar.
Anak-anak seolah tidak punya rasa ingin tahu mengenai apapun. Baik itu mengenai akademis atau sesuatu yang membuatnya penasaran.
Berbagai usaha pun telah dilakukan untuk mendongkrak keinginan belajar ananda.
Seperti mengikutkannya beberapa les pelajaran atau kegiatan ekstrakurikuler lainnya.
Dengan harapan ketika dirumah, ananda bersemangat ketika mempelajari hal baru.
Namun, apakah hal demikian selalu berhasil?
tidak selalu, pada awalnya anak-anak memiliki ketertarikan ketika belajar bersama teman-teman sebaya. Karena usia sekolah adalah waktu terbaik dan menyenangkan untuk berkumpul dan bersosialisasi.
Tetapi, bagaimana kala ia sendiri?
Bukankah kelak manusia dewasa akan menjalani kehidupannya sendiri?
Mampukah mereka belajar, berkarya dan memupuk rasa ingin tahu dari dalam dirinya sendiri?
Lantas,
Adakah yang tahap yang tertinggal ketika seringkali terdengar frase anak'malas belajar?
Sesungguhnya, tidak ada anak yang malas, ortu lah yang menyebabkannya demikian.
Ananda hanya belum ingin tahu dan tidak akan pernah tahu ketika tidak ada hal yang membuatnya ingin tahu.
Konon,
Hal ini dinamakan fitrah belajar. Sebuah komponen yang seharusnya sudah terinstal dalam diri mereka sejak mereka lahir.
Komponen itu seperti benih yang mengalami dormansi. Jika triggernya tepat maka akan tumbuh baik nan merekah layaknya tanaman berbunga bahkan berbuah.
Jika tidak, maka sebaliknya. Benih itu kian lama mengalami dormansi.
Lalu, bagaimanakah mengajak ananda memiliki rasa ingin tahu agar kelak tumbuh fitrah belajar yang membara di jiwanya?
1. Membiarkan tumbuh sedini mungkin
Sejatinya benih itu tumbuh sejak dalam kandungan. Sejak janin berada di rahim bunda, ia memelajari banyak hal. Bayi dalam kandungan memelajari suara bunda dan suara siluar rahim. Di trimester kedua, panca indranya mulai dapat berfungsi. sehingga bayi dalam kandungan mulai mengenali suara, rasa dan cahaya di trimester akhir.
Saat trimester 2, janin mulai merespon suara, ia belajar mengenali suaa di sekitarnya terutama bunda dan ayah. https://nakita.grid.id/amp/02955581/keunikan-kehamilan-trimester-2-nafsu-makan-ibu-meningkat-bayi-bisa-merespon-suara-juga-cahaya
Rahim adalah taman bermain baginya. ia bebas memelajari apapun, sendiri hanya arahan dari Sang Pencipta.
Ketika ia lahir, ia belajar hal pertama yakni saat menyusui. Tidak ada yang mengajari bagaimana cara memeroleh ASI, namun bayi menghisap puting bunda dengan baik.
Di usia berikutnya mereka mulai belajar merangkak, memegang sendok, dan berjalan.
Belajar tentu saja disesuaikan dengan usianya. mereka adalah pembelajar sejati sejak dalam kandungan. Mereka sesungguhnya ingin memelajari hal baru ini serupa dengan saat mereka masih di rahim bunda.
walaupun keadaan berbeda, bisakah ayah dan bunda mengawasi kami saja?
Mungkin itu kata hati mereka.
"Aku ingin belajar hal baru setiap hari sejak aku dilahirkan ke dunia."
2. Tidak banyak intervensi
Jika mengingat masa lalu, banyak sekali hal-hal yang ananda kecil lakukan dan membuat ayah bunda jengkel bukan kepalang.
Seperti mengacak-acak lemari pakaian, memainkan air yang tumpah, dan bermain tanah serta lumpur.
Seringkali orang tua melarangnya dengan dalih 'nanti keterusan', 'nanti kebiasaan' atau mungkin alasan sebenarnya tentu saja akan mengakibatkan kelelahan bagi ayah bunda.
Namun, jika hal tersebut dilakukan oleh ananda yang berusia 1- 2 tahun, bukankah itu fasenya?
Konsep acak-acak barang baginya adalah proses observasi. Mereka mengobservasi lingkungan dengan membongkar apapun yang ditemui. Mereka menjelajahi semesta rumah untuk mengenali lingkungan terkecil.
Tentu saja setelah mengacak, ayah bunda juga harus mengenalkan konep merapikan kembali dengan berbicara padanyasmabil merapikan benda berserakan bersama si kecil.
Di usia sekolah, jika fase observasi tersebut tidak diintervensi sejak dini, maka ananda akan terus belajar dari sekitar. Sebut saja membuat slime dan playdoh sendiri.
Walaupun dapur berantakan, tapi mereka secara tidak langsung sudah memelajari hal baru.
Contoh lain, ada anak pada akhirnya mencintai reptil karena ia sering menjelajah kebun dekat rumahnya untuk mencari kadal dan bunglon. Di usia 8 tahun, anak itu sudah mengenal betul bagaimana tingkah laku reptil, dan bagaimana cara merawatnya khususnya iguana.
Bukankah itu bagian dari belajar?
Pengawasan tetap perlu dilakukan, namun intervensi berlebihan akan mematikan pertumbuhan benih rasa ingin tahu.
3.Tidak meremehkan/ bercanda dengan pertanyaan anak
Ketika ananda mulai dapat berbicara, biasanya mereka akan mengajukan pertanyaan. Diawali dengan pertanyaan singkat 2-3 kata di usia 1 tahun.
"ini apa?"
"itu siapa?"
"dedek boleh main?"
Jenis pertanyaan dan kuantitas kata tentunya akan bertambah seiring usia.
Apapun pertanyaan ananda jawablah apa adanya dan sesuai usia. Gunakan bahasa ibu jika mereka masih usia anak.
Ada kalanya pertanyaan mereka terdegar polos dan lucu, namun jawablah dengan sebenarnya. Jawaban yang asal-asalan dari ortu akan menyebabkan mereka enggan bertanya di kemudian hari.
Anak-anak usia dini belum sanggup mengutarakan pertanyaan seperti kalimat orang dewasa. Maka itu kadang kala terdengar menggemaskan. Namun mereka membutuhkan jawaban dari rasa ingin tahunya.
Di usia sekolah, pertanyaan akan lebih rasional dan biasanya berhubungan dengan lingkungan terdekat mereka.
" Mengapa anak bayi hanya bisa menangis, ya bun?"
" Kenapa kakak gak boleh main di malam hari?"
"Kenapa adik mirip bunda, kalo kakak mirip ayah?"
"Kenapa cicak kok selalu menempel di dinding?"
Ketika pertanyaan tersebut muncul, lakukan hal yang sama. Mereka sungguh ingin tahu, sudah seharusnya ortu memberikan jawaban atas rasa penasaran.
Sebab rasa penasaran adalah benih awal tumbuhnya ghiroh belajar.
4. Tidak menunda, jika menunda beritahu kapan mau jawab
Semakin bertambah usia, rasa ingin tahu ananda akan semakin besar. Hal yang ditanyakan kemungkinan makin sulit.
wilayah jelajah mereka lebih luas. Ananda menemukan banyak hal mulai dari sekolah, teman, tetangga, tempat kursus, hingga informasi dari media sosial.
Hal yang kerap mereka temukan, ada kalanya tidak dapat dipahami.
Biasanya ananda akan bertanya pada orangtuanya.
Jika ayah bunda kesulitan untuk menjawab, karena pertanyaannya di luar jangkauan atau kesulitan menemukan kalimat yang 'pas' untuk usianya, maka dapat ditunda dan katakan nanti malam akan diberitahu.
Beritahu padanya waktu yang akan ayah bunda manfaatkan untuk menjawabnya.
Penuhi janji agar mereka tidak kecewa dan ayah bunda lah yang menjadi sumber informasi mereka, bukan orang lain.
5. Tidak bersikap impulsif, jika pertanyaan Sensitif
Tidak semua anak gemar bertanya pada ayah bunda. Walaupun begitu seiring perkembangan mereka seharusnya makin banyak hal-hal yang ingin mereka ketahui.
Namun pertanyaan kerap diurungkan untuk diajukan pada ortu. Karena di masa sebelumnya, ortu menunjukkan sikap yang tidak menyenangkan.
Pada akhirnya, rasa keingintahuan diajukan pada gadget melalui mesin pencarian atau pada teman sebaya.
Mengapa?
Karena respon bisa jadi lebih menyenangkan ketimbang ortu.
Untuk itu, ada baiknya ortu melatih pikiran dan kondisi jiwa ketika menghadapi pertanyaan ananda sekalipun sifatnya sensitif.
Misalkan saja,
"Mengapa uang jajanku lebih sedikit daripada temanku?"
"Mengapa aku gak boleh punya hp seperti temanku?"
"aku malas sekolah, boleh gak aku gak masuk hari ini?"
Manajemen emosi rasanya harus dibiasakan ketika menghadapi pertanyaan ananda yang sebetulnya begitu lumrah diajukan anak seusianya.
Hanya saja keadaan fisik dan psikis ortu yang terkadang belum siap mendengarnya sehingga bisa memamncing emosi.
Jika demikian, menarik nafas sebelum menjawab dengan kalimat yang tidak menyakiti dirasa lebih baik daripada mereka menjadi seseorang yang 'enggan bertanya' hingga dewasa.
6. Bermain tebak-tebakan, tebak kata, dan permainan fun lainnya
Seperti tumbuhan, semangat belajar harus diberikan trigger. Jika tanaman di rumah ayah bunda, perlu diberikan pupuk sesuai tahap perkembangannya, pun dengan ananda.
Sebagai contoh,
pada tahap perkembangan daun, tanaman cukup diberikan air dan pupuk kandang dari kotoran sapi/ kerbau.
Namun di bulan berikutnya, untuk merangsang perkembangan bunga dan buah berikan pupuk dari kotoran kambing.
Demikian dengan ananda,
stimulus yang diberikan pun harus sesuai usia.
Misalkan:
1. Membacakan ananda usia dini buku-buku cerita berkualitas baik, bermain lompat, lempar dan lari
Seorang ayah sedang bermain scrabble dengan putrinya. Scrabble mampu meningkatkan daya ingat dan menambah kosakat ananda. Selain itu bermain bersama anak, akan terkenang sepanjang zaman dan mampu menambah kelekatan. dreamstime.com
2. anak usia sekolah (5-8 tahun): bermain tebak-tebakan, tebak kata (scrable), dan permainan kognitif lainnya.
3. anak usia sekolah (9-14 tahun): memberinya kegiatan kelompok, mengeksplorasi lingkungan, edukasi museum, dll.
Stimulus yang diberikan adalah sesuatu yang diluar kegiatan mereka di sekolah. berikan sesuatu yang fun namun terprogram dan terarah.
Mengaktifkan dan memaksimalkan kerja otak mereka akan merangsang rasa igin tahu mereka.
Sebisa mungkin ananda menjadikan orang tua dan orang dewasa di sekelingnya sebagai sumber informasi dan konfirmasi.
Sebuah pertanyaan lahir dari keingintahuan. Keingintahuan timbul karena anak ingin mengeksplorasi hal baru. Memenuhi itu semua adalah bagian dari belajar.
Sikap ortu sangat menentukan ghiroh belajar ananda yang sebenarnya bersumber dari rasa ingin tahu.
Berusaha memfasilitasi tentunya lebih baik.
Memberikan stimulasi akan lebih baik lagi.
Merawat fitrah belajar laksana merawat bibit tanaman yang hendak bertumbuh. Akan berbunga dan berbuah atau tidak nantinya, tergantung pada orang tua dan lingkungan tumbuh ananda.
Segala sesuatu yang sudah diberikan tentunya sulit untuk dikembalikan.
tugas ayah bunda adalah membantu merawatnya.
Semangat!
Komentar
Posting Komentar