Libur lebaran hampir usai, anak-anak dan orangtua pun ikut menyiapkan keperluan sekolah dan bekerja.
Mulai dari alat tulis, seragam, hingga sepatu.
Namun, masih ada saja sanak famili yang hrus dikunjungi di bulan syawal ini.
Hingga momen kembali ke sekolah rasanya masih kurang kental dibandingkan momen berfoto bersama keluarga besar.
Sebut saja, Aida (37 tahun). Bunda dari 3 orang putra ini mengaku masih harus bertandang ke beberapa keluarga di Jakarta selepas mudik ke kampung halaman.
Tak kalah sibuknya, Retno (40 tahun) yang hanya mendapatkan libur 10 hari dari kantornya mengaku kekurangan waktu untuk keliling dalam kota lebaran ini.
Bagaimanapun juga, peristiwa lebaran ini cukup ramai dan riuh. Mengingat dua tahun terakhir ini masyarakat belum diperbolehkan mudik.
Pandemi yang mulai mereda begitu menghidupkan segalanya. Hingga headline berita televisi di tanggal 1 Syawal adalah "Horor di Lebaran Pertama."
Kehororan dapat terlihat dari sejumlah ruas jalan tol dan non tol yang sedemikian padat.
Antrian para penumpang kapal di pelabuhan merak pun tak kalah ramai. Bahkan beberapa tempat wisata dalam kota mengalami hal serupa.
Sebagian besar kendaraan bermotor pribadi dan angkutan lebaran tentu bertujuan sama.
Yakni bersilaturahim ke keluarga tercinta.
Bertemu orang tua dan handai taulan di kampung halaman.
Hiruk pikuk masyarakat pasca pandemi ini sepertinya bukan penghalang bagi masyarakat. Rasa rindu pada saudara dan tanah kelahiran melebihi segalanya.
Nah,
momen bersambang ke rumah para famili pun dapat ayah bunda manfaatkan untuk memberikan pengalaman dan mengedukasi ananda.
Walaupun terlihat seperti ritual tahunan, namun bersilaturahim dapat dijadikan contoh ketika mereka dewasa nanti.
Ketika bertamu, adab pun secara tidak langsung dapat dikenalkan dan diajarkan pada ananda.
So apa saja ya yang haru dipersiapkan oleh ayah bunda ketika mengajak ananda bersilaturahim?
1. Beritahu Perihal Kepergian
Bertemu orang baru dan berjumpa banyak orang bukan sesuatu yang mudah bagi ananda. Terlebih jika mereka masih usia dini dan anak yang pemalu. Butuh waktu beradaptasi dengan lingkungan sekalipun mereka sudah usia Sekolah Dasar.
Oleh karena itu, ayah bunda wajib memberitahunya jauh-jauh hari. Tentu saja kegiatan beranjangsana ini tidak bersifat mendadak. Ananda perlu tahu planning kepergian ini.
Beritahu padanya akan kemana saja, bertemu siapa dan dengan transportasi apa.
Jika adasepupu yang seumuran beritahu. agar mereka semakin semangat.
Memberitahu keadaan di tempat silaturahim akan membantu mereka menyiapkan hati dan fisik sebelum berangkat.
Belajar menghargai perasaan ananda juga penting lho.
2. Sosialisasikan Rules saat Bertamu
Ketika hati sudah siap, ingatkan kembali rules ketika berada di rumah orang lain. Ada beberapa anak yang memanfaatkan peristiwa bertamu ini sebagai aji mumpung. Karena itu harus diberitahukan do and don'ts nya.
Sesuaikan aturan ini dengan usianya.
misalnya saja:
- 2-3 tahun: "Nanti kalau di rumah nenek, adik harus mau makan ya, biar kuat mainnya."
- 4-5 tahun: "Kalau di rumah Bude, jangan naik-naik bangku ya, karena bangku itu untuk duduk."
- 6 tahun ke atas: batasi penggunaan gadget, kenalkan adab bertamu, makan sendiri, pergi dan membersihkan diri sendiri saat ke toilet, meminta izin kepada tuan rumah jika ingin menggunakan ruangan/ pinjam sesuatu
- 10 tahun ke atas: sama seperti sebelumnya dan berikan tanggung jawab padanya, seperti mencuci piring sehabis makan.
3. Pakaikan Baju yang Rapi dan Sopan
Hari raya identik dengan pakaian baru. Sama seperti mendatangi rumah ibadah, ketika bertamu pun ananda dikenakan pakaian yang bersih, rapi dan sopan.
Jika perlu, bawalah satu setel pakaian ganti karena usia dini hingga sekolah dasar adalah usia aktif. Beraktivitas tinggi akan menyebabkan mereka banyak keringat.
Mengenakan pakaian bersih dan sopan adalah salah satu bentuk menghargai diri sendiri dan tuan rumah.
4. Ucapkan Terima Kasih, Permisi, Maaf.
Lebaran adalah tradisi anak-anak mendapatkan angpau dengan amplop warna warni. Mereka pun kerap diberikan gula-gula dan aneka kue kering oleh tuan rumah.
Ingatkan mereka untuk mengucapkan terimakasih setiap menerima kebaikan dari orang lain. Baik itu berupa benda atau bantuan apapun.
Jika mereka terlupa karena usia yang masih terlalu kecil, ayah bunda bisa membantu menggantikan. Lama kelamaan mereka akan terbiasa mnegucapkan kata terima kasih.
Pun jika sedang melewati banyak orang, ingatkan ananda untuk berucap permisi atau maaf.
Pembiasaan yang sering dianggap 'biasa' ini adalah bentuk sikap luar biasa karena mengandung nilai budi pekerti.
5. Membawa Buah Tangan
Sekecil apapun, rasanya kurang elok jika bertamu tanpa buah tangan. Walaupun bukan kewajiban, tapi ada norma sosial yang terbentuk secara tidak langsung.
Buah tangan adalah tanda ucapan terimakasih pada sanak saudara yang disambangi. Tanda penghormatan dan kasih sayang padanya.
Ananda perlu dikenalkan dengan hal ini. Ajak mereka mulai dari berbelanja keperluan buah tangan.
Jika sudah memasuki usia SD, ananda bisa membantu ayah bunda mempacking bingkisan untuk keluarga tercinta.
Buah tangan pun bisa disesuaikan dengan keperluan dan kemampuan keluarga masing-masing.
6. Bawa perbekalan
Ananda di usia yang sedemikian aktif memiliki metabolisme yang cukup tinggi. Tidak heran jika di perjalanan bersilaturahim seringkali mereka merasa lapar.
Menyiapkan camilan dan bekal makanan berat adalah cara terbaik.
Mengingat jalur perjalanan saat hari raya begitu padat, hingga sulit untuk berhenti membeli jajanan.
Siapkan camilan yang mengenyangkan. Pun dengan makanan berat, bawalah panganan yang menjadi favorit ananda.
Perbekalan pun tidak hanya panganan dan minuman. Obat-obatan dan hand sanitizer tak kalah pentingnya. Perhatikan kebiasaan ananda.
Jika ia mabuk darat, ayah bunda bisa menyiapkan obat anti mabuk dan kayu putih.
Agar terhindar dari gigitan serangga, lotion anak anti nyamuk pun diperlukan.
7. Bila melakukan kesalahan, bertanggung jawab
Ananda di usia eksplorasi seringkali bertindak tanpa memikirkan sebabnya.
Usia mereka adalah usia mengenalkan tanggung jawab.
Air tumpah karena tersenggol mereka yang berlarian, makanan yang berceceran adalah contoh kejadian yang tidak diharapkan ketika bertamu.
Jika hal demikian terjadi, ajaklah ananda meerapikan dan ikut membersihkan. Biarkan ia ikut serta dan belajar bertanggung jawab atas apa yang diperbuatnya.
"Yahh.. airnya tumpah, kakak pinjam lap sama tante kita bersihkan sama-sama yuk!"
Semakin sering ayah bunda mengajak ananda bersilaturahim, maka mereka akan memiliki kemampuan bagaimana bersikap saat bersama orang lain di rumah orang ain.
Sifat mereka kemungkinan akan terlihat dan berbeda ketika dirumah dan di luar.
Oleh sebab itu, sebelum mengajaknya bersilaturahim ke skala besar, ananda harus diajak dulu bersilaturahim dengan skala kecil. Contohnya mengunjungi rumah kakek/ nenek, om/tante atau sahabat ayah dan bunda.
Bersilaturahim mengajarkan mereka bagaimana menghargai dan menempatkan diri bersama orang yang lebih tua.
Bersilaturahim secara tidak langsung adalah kegiatan edukasi bagi ananda yang akan melekat dalam dirinya.
Bagaimana mereka memperlakukan orang lain saat bertamu dan sikap mereka saat kedatangan tamu adalah cerminan ayah bunda nya di masa sebelumnya.
Happy ied.
Taqaballahu minna wa minkum.
Komentar
Posting Komentar