Langsung ke konten utama

Sudah Pernah Bikin Goals untuk Si Kecil? Perhatikan 7 Langkah ini Sebelum Menyusunnya!

Frasa dengan embel-embel goals makin sering terdengar zaman sekarang ini. 

Couple goals, relationship goals, school goals, home goals, apalagi ya?
Ayah bunda ada yang mau nambahin?

Anyway,
segala yang diberi kata akhiran goals tentu memiliki makna.

Goals disini merujuk pada kata mencapai tujuan.
Misalnya saja home goals, bagaimana cara kita untuk membuat rumah yang ideal, yang sesuai kebutuhan dan keinginan pemilik.

Untuk mencapai goals butuh proses, usaha dan kerja keras. Di zaman yang serba instan ini, tentu semakin jarang generasi muda yang menciptakan goals untuk dirinya sendiri.

Lantas, jika goals ini diterapkan pada ananda, bolehkah?
Tentu saja. Bahkan harus.

Setiap orang tua harus membuat goals untuk anak-anaknya. 
Ketika ananda memasuki Sekolah Dasar bantulah mereka membuat capaian-capaian yang berguna bagi kehidupan mereka.
Goals memberi banyak manfaat yang dibutuhkan tidak hanya untuk anak, tapi juga orang dewasa.

Beberapa manfaat itu antara lain:
- Mengajarkan nilai kerja keras
- Mengajarkan tanggung jawab dan manajemen waktu
- Anak tumbuh dalam ketekunan dan mengembangkan ketabahan.
- Menumbuhkan kepercayaan diri 

Goals yang ditetapkan pada ananda tidak harus bersifat akademis. Ayah bunda lah yang lebih mengerti bagaimana mereka sehari-hari.

Jika kesukaannya adalah menggambar, buatlah goals untuk membuat sketsa yang baik. 
Ketika sketsa sudah mahir, racang kembali goals untuk membuat sketsa yang diberi warna dengan pensil warna, lalu krayon, kemudian cat air. 
Demikian seterusnya hingga ananda mahir melukis di kanvas dengan cat minyak.

Bagaimana jika mereka tidak mau?
Sebagian besar anak-anak pasti memiliki minat di salah satu bidang.

Ketika menetapkan goals, buatlah pencapaian di bidang yang ia sukai. 
Ajak ia duduk bersama, bincang bersama untuk bersama menetapkan goals di berbagai genre.
Bisa saja itu olahraga, seni, atau akademis.

So, gimana langkah-langkah untuk menetapkan goals?
Simak ulasan berikut ini!

#1. Tetapkan tujuan yang belum pernah dilakukan

Ketika anak-anak sudah memasuki dunia sekolah, biasanya lebih mudah diajak berdiskusi. 

Ajaklah mereka bincang santai untuk menetapkan goals.
Tentukan goals berdasarkan kelemahan atau kesukaan.

Misalkan saja, ia memiliki kekurangan dalam perkalian. Ayah bunda bisa menetapkan goal hapal perkalian. 

Tujuan: Hapal perkalian 1-10.
Lakukan ini secara bertahap. 
Tentukan waktu mulai dan kapan selesai.
Jika tujuan tidak terlaksana, tidak mengapa. Jangan paksa mereka. 
Lakukan dengan santai, namun progress ada. Jangan ciptakan ketegangan pada diri ortu dan anak.

Tidak menggapai tujuan, tidak apa. Mereka tetap mempelajari proses pencapaian goals.

#2. Buatlah Alasan Membuat Goals dengan 5w+1H


Terkadang ayah bunda bingung menentukan tujuan apa yang harus dilakukan. 

Sedangkan ananda terlihat tidak minat di bidang apapun. Bahkan ia terlihat datar di bidang akademis. 

Jika ayah bunda baru pertama kali merencanakan goals, buatlah capaian yang mudah dan sederhana.

Menentukan goals harus realistis dan fleksibel dalam prosesnya. 
(Diah A. Witasari, Psikolog)

Cari tahu hal apa yang sering ia lakukan. Lantas buatlah goals di kegiatan tersebut. yang sebelumnya belum pernah ia lakukan.

Misalnya: Satria (8 tahun) sangat suka berenang dan pergi ke pantai. 
Buatlah daftar 5 w + 1 h untuk membantu ayah bunda dan ananda tercinta dalam menghadapi goals.

What (Apa)
Apa yang ingin dilakukan anak anda?
Satria ingin pandai berenang

How (Bagaimana)
Bagaimana satria agar bisa berenang?
Belajar renang rutin bersama ayah/ coach. 
Diawali dengan belajar menyelam di kolam renang dengan menceburkan seluruh tubuhnya ke dalam air. kemudian latihan pernafasan dengan menahan nafas selama beberapa detik (terus meningkat hingga selama mungkin). 
Terakhir latihan mengambang, ditunjukkan dengan kemampuan anak mengapung tubuh di permukaan air.  
Kemudian berlatih teknik berenang dengan aneka gaya

When (kapan)
Kapan Satria berenang?
Sepekan sekali (akhir pekan) saat ayah libur, jam 08.00-10.00. 
Lima belas menit awal pemanasan, sisanya berenang, istirahat sejenak untuk makan (20 menit).

Where (Di mana)
Di mana Satria berenang? 
Di kolam renang dekat rumah yang tidak terlalu ramai dan leluasa untuk belajar. 

Who (Siapa)
Siapa saja orang yang bisa membantu?
Ayah satria sebagai coach.

Why (Mengapa)
Mengapa tujuan ini penting bagi anak Satria?
Karena Satria ingin pandai berenang saat pergi ke pantai. 

Merinci tujuan akan membantu membuat tujuan lebih mudah dikelola. 

Mengajari ananda cara membagi tujuan menjadi langkah-langkah yang lebih dapat dicapai adalah keterampilan penting.

Sehingga, di masa depan, proyek besar, atau bahkan tujuan yang lebih tinggi, tidak akan tampak terlalu jauh dari jangkauan.


#3. Membuat Tabel Ceklist

Setelah menetapkan tujuan dan membuat perinciannya. Selanjutnya ayah bunda membuat semacam tabel ceklist untuk memantau kemajuannya.

Tabel ceklist bisa ditempel di papan atau di dinding. tempel di posisi yang mudah terjangkau ananda. 

#4. Beri Dukungan

Seringkali, Ananda tidak beremangat dalam proses pencapaian goals ini. Atau hanya semangat di awal aja, berikutnya mulai bosan.

Disitulah peran ayah bunda. Support terus apa yang dilakukannya. Tidak terlalu sering memberi komentar dan judging.

Misalnya:
Goals: Hapal perkalian.

Jika di tengah jalan, ananda belum mampu,  tidak 
memberi komentar berlebihan.
"Kamu sih..."
"Makanya jangan main terus..."
Beri dukungan dan koreksi mengapa belum tercapai. 

#5. Jadilah Role Model

Proses menelusuri perjalanan mencapai goals memang tidak mudah bagi anak-anak. 
Karena perjalanannya terasa sama dan mereka sering merasa sendiri menempuh jalur ini.

Karena itu, mereka memerlukan role model dalam menjalani trek ini.
Katakanlah bawa ayah bunda juga sedang mencapai sesuatu.

Sebagai contoh,  bunda sedang menjalani book goals. 
Bunda harus menyelesaikan buku 'Grit' nya Angela Duckworth dalam waktu 1 bulan.
Bunda pun melakukan hal sama dengan meningkatkan kesulitan dari waktu ke waktu. 

Misal pekan pertama sehari 5 halaman. Pekan kedua 10 halaman. Demikian seterusnya hingga bunda menyelesaikan bacaannya.

Dengen menjalani proses yang sama, ananda tidak lagi merasa sendiri.
"Oh ternyata bunda juga begitu ya."

Secara tidak langsung orang tua menjadi role model ananda dalam mencapai sebuah tujuan.

#6. Beri Hadiah

Menjalani goals, apapun tujuannya adalah perjuangan bagi ananda. Mereka sudah berjuang melawan apa kebiasaan lamanya dan egonya.

Karena itu, ayah bunda perlu memberikan reward ketika ia berhasil mencapai tujuannya.

Goals tentu saja dibuat secara bertahap.
Misalkan saja goals hapal perkalian dibagi 3 tahap.
Tahap 1: perkalian 1-5
Tahap 2: perkalian 6-10
Tahap 3: memahami soal cerita perkalian 1-10
Setelah tercapai, berilah hadiah kecil di tiap tahap, seperti gula-gula atau camilan kesukaan.

Dan berilah hadiah besar di akhir tahap. Mungkin ayah bunda bisa mengajaknya makan di luar dan boleh memesan es krim kesukaannya.

Reward yang diberikan sebaiknya sesuatu yang tidak biasa diterima agar ia mau melakukan lagi untuk goals berikutnya.

#7. Refleksi dan Revisi

Langkah terakhir dalam menetapkan tujuan (goals) adalah refleksi dan revisi.

Refleksikan (renungkan) bagaimana proses mencapai goals tersebut.

Diskusikan kegiatan ini secara santai, ajak ngobrol sambil makan cemilan. Beri kesan bahwa perbincangan ini non formal.

Ayah bunda bisa juga bertanya sebelum tidur. Sambil membacakan cerita, sebelum mata terpejam.
Tanyakan kesulitan saat menghapal perkalian.

Berhasil goals itu atau tidak, refleksi tetap harus dilakukan. 
Refleksi sangat penting untuk mengetahui isi hati dan pikiran ananda.

Jika tidak berhasil lakukan revisi di tahap berikutnya dengan metode lain yang belum dilakukan di tahap kemarin.

Ketika tidak berhasil mencapai goals, katakanlah bahwa ini adalah proses. 
Dan mereka sudah sangat hebat berani dan mau menjalani cerita pencapaian ini. 

Semua dapat tumbuh dan berkembang lebih baik dari kegagalan.

Jadi gimana, 
Apakah ayah bunda sudah menetapkan goals untuk bulan ini?


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengapa Anak-Anak Sulit Membedakan Kanan dan Kiri?

Kanan, kiri kulihat saja  Banyak pohon cemaraaa…aaa Kanan kiri, kulihat saja Banyak pohon cemaraaaa… Siapa yang tidak mengenal lagu tersebut. Ayah dan bunda pasti pernah menyanyikannya waktu kecil. unsplash.com Lalu sekarang menyanyikannya bersama ananda tercinta. Tapiiii…. Kalo tiba-tiba mereka bertanya,  “Bunda, sebelah kanan yang mana sih?” Nah lho, udah nyanyi enak-enak, ternyata mereka belum bisa membedakan mana bagian kanan dan kiri.  ***** Hal inilah yang sering dirasakan sebagian orang tua.  Hal ini seringkali tidak disadari, walaupun mereka makan dan menerima benda menggunakan tangan kanan, dan istinja dengan menggunakan tangan kiri. Ketika menerima perintah, "Kakak tolong ambilkan bawang merah di kotak sebelah kanan botol minyak." Bagi anak yang belum paham, akan sejenak berpikir dan mencari bagian yang dimaksud bunda. Bagi ananda yang sama sekali kebingungan, akan terus celingukan mencari mana kanan dan kiri. Hal ini dinamakan left and right...

After School Doctor, Serial Jepang Unik, Hangat dan Penuh Empati (Sebuah Review)

www.imdb.com Judul Film (Serial): After School Doctor Sutradara: Yuma Suzuki, Kentaro Nishioka Penulis: Mayu Hinase (manga), Kayo Hikawa Tahun rilis: 2024 Episode : 10 Genre: Drama (medis dan sekolah)  Pemeran: Kouhei Matsushita (dr. Makino), Aoi Morikawa (Ibu guru Shinoya), Horan Chiaki (Ibu Guru Yoshino), dll Platform: Netflix Manga Houkago Karute  After School Doctor adalah series yang berasal dari negeri sakura. Series ini berasal dari manga yang berjudul Houkago Karute yang ditulis oleh Mayu Hinase. Cerita ini diawali dengan dokter Makino, seorang dokter anak yang dipindah tugaskan ke sebuah Sekolah Dasar. Ia menjadi dokter penanggung jawab di Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).  Dokter Makino dipindahkan karena beberapa masalah pribadi yang terjadi di sana. Ia terkenal dengan dokter anak yang keras, dingin dan selalu bicara apa adanya. Karakternya pun tidak banyak berubah ketika bertugas di UKS. Dokter Makino memiliki kemampuan analisis dan observasi yang taj...

PJB 5, Komik Islami yang Bergizi dan Renyah

Judul buku: Pengen Jadi Baik (5) Nama pengarang buku: Squ Tahun terbit buku:2019 Penerbit: Wak Up Early Ketebalan buku: v+155 halaman Harga: Rp 50.000 “Angel investor yang kumaksud disini adalah orang baik yang mau memberi pinjaman kepada kita tanpa mengharapkan tambahan apapun, tanpa bunga, tanpa balas jasa, tanpa ambil untung apapun,. Hanya murni menolong, ikhlas, Lillahi Ta’ala.” (Pengen Jadi Baik, halaman 32) Potongan isi tersebut ada di dalam seri ke-5 dari Pengen Jadi Baik. Seperti seri sebelumnya, Pengen Jadi Baik tetap menjadikan abah, Mama K, dan Kevin sebagai tokoh utamanya. Komik ini mudah diterima seluruh kalangan. Bahasa yang mudah dipahami dan adanya tokoh Kevin yang selalu diceritakan di tiap jenjang usianya ikut meringankan cerita ini. Berbeda dari seri sebelumnya, yakni PJB 4, membaca PJB 5 seperti kembali membaca tiga seri sebelumnya. Pada PJB 4 hampir 50% nya menceritakan seputar ibadah haji yang keluarga Abah laksanakan. PJB 5 kembali menceritakan keseh...