Curhat adalah kebutuhan setiap orang terlebih lagi wanita.
Kemampuan bernarasi adalah fitrah yang sudah tertanam sejak seseorang mampu mengeluarkan kata.
Tanpa ada problem apapun, kita terbiasa bercerita dan suka menuturkan narasi. Entah itu tentang kehidupan pribadi maupun orang lain (keluarga dan kerabat).
Karena kebutuhan sosial itu lah, bunda tentunya sering bercerita tentang uneg-uneg diri pada suami, anak dan sahabat.
Tapi hati-hati ya bun,
Kita memiliki rambu-rambu dalam bercerita.
Jangan sampai kita curhat pada orang yang salah. Apalagi sampai kebablasan bercerita hal yang terlalu pribadi.
Sebaliknya, tidak hanya berperan sebagai pebcerita handal, bunda juga dituntut menjadi pendengar terbaik bagi setiap orang, terutama keluarga.
Bunda adalah tempat akhir penumpahan alkisah ananda dan suami tercinta. sama seperti bunda, mereka seringkali hanya butuh didengarkan. Tunda sebentar saran, bahkan menghilangkan judging kadang dibutuhkan.
terkadang kita mendengar dengan aneka suplemen yang berlebihan.
Akibatnya ananda tak ingin lagi memaparkan apa yang dirasakan. Ia mencari orang lain yang mampu mendengarkannya dengan khidmat dan merasakan apa yang dirasakan.
sebetulnya simpel, I Feel You.
adalah kalimat yang ingin disampaikan pada penutur problem.
So,
Bagaimanakah menjadi pendengar yang baik?
Adakah tips tipis-tipis untuk menjadi the good listener?
#1. Tidak Memotong Pembicaraan
Ketika ananda berkisah tentang dirinya dan lingkarannya, artinya ia membutuhkan lautan untuk dirinya.
Biarkan ia menyelam sendiri ke dalam samudra cipataannya. Bertemu ikan dan terumbu karang. Bebaskan ia dengan ekspresinya saat melihat keindahan dan keanehan di dalam bahar.
Jangan memotong, karena akan merusak jalan ceritanya. ketika kita memotong, boleh jadi ia lupa.
"sampai mana aku tadi?"
Atau sebaliknya, ia tidak ingin lagi membagi kisahnya tentang cerita laut nan seru.
#2. Tidak Membandingkan
"... kamu mah masih mending, bunda dulu begini...."
"... kamu mah enak, bunda dulu harus begitu...."
Lagi asik cerita tentang ikan badut yang uyel-uyelan dengan anemon laut, eh bunda malah cerita tentang lautnya sendiri.
Gak asik ya.
Ketika mereka bercerita, tentunya ananda ingin didengar dan diperhatikan. Bukan sebaliknya.
Sikap membandingkan hanya akan membuat psikisnya drop. Ia merasa tidak ada apa-apanya dan urung bercerita.
Kapasitas setiap orang dalam menampung msalah tentu berbeda. Terlebih lagi, kita menghadapi manusia di generasi berbeda.
tentu ada gap jauh antara Gen Y dengan gen Alpha, ada batasan tebal antara Gen X dengan gen Z, dan seterusnya.
Tidak membuat comparison saat menjadi pendengar adalah sikap yang bijak.
#3. Menghadirkan Empati
Jujur saja.
Sulit menghadirkan empati, ketika bunda di masa sebelumnya jarang didengarkan.
Namun percayalah, empati bisa dilatih.
Tapi terlebih dulu, lakukan healing jika di masa sebelumnya ada rasa yang belum selesai.
Keberanian untuk memaafkan segala sesuatu yang sudah terjadi dan menyakitkan adalah salah satu proses healing.
Ketika bunda sudah memaafkan apa yang terjadi. Maka pelan-pelan, empati itu akan hadir.
Dengarkan ceritanya, sekalipun itu 'biasa'bagi' kita, tapi luar biasa baginya.
Berada di posisinya adalaha jalan terbaik.
"Bunda, tadi aku lihat kucing mati ketabrak motor. Kasihan deh."
respon pertama:
"Oh ya? dimana? kasihan banget, kita doakan semoga kucingnya masuk surga ya."
respon kedua:
"ya namanya juga kucing, kucing kan binatang liar. ketabrak mah biasa."
terlihat sangat berbeda ya.
apapun bisa dipelajari dan dilatih, termasuk berempati.
Tidak perlu berlebihan, asal tetap peduli.
#4. Hindari menjadi Hakim dadakan
Queena, siswi SMP, baru saja pulang sekolah.
Ia bercerita pada bunda bahwa uang spp nya hilang saat jam olahraga.
Dengan rasa bersalah queena pun meminta maaf.
tapi respon yang terjadi...
"Kamu gimana sih! makanya jangan ditunda-tunda kalau bayaran. Itu pasti temenmu ada yang ngambil. Dasar ceroboh!"
Queena yang sudah dihantui perasaam berdosa, semakin merasa bersalah kala bunda memarahinya.
Betul ia salah,
betul ia yang menghilangkan,
dan betul pula ia yang menunda pembayaran dengan brbagai alasan.
tapi pahami terlebih dahulu bahwa ia sudah merasa sangat terpukul dengan kesalahannya.
Ada kalanya tidak perlu menjudging berlebihan, tapi Queena harus bertanggung jawab atas perbuatannya.
Karena sudah memasuki usia aqil baligh, Bunda bisa memangkas uang saku nya selama beberapa bulan, sejumlah uang SPP yang hilang.
tetap diingatkan atas perbuatannya yang salah, beri tanggung jawab, dan hindari menjadi ibu hakim.
dengan begiu, di lain hari jika menghadapi kesulitan ,iatidak takut untuk bercerita.
#5. Apa yang Bisa Dibantu?
Tidak semua orang yang curhat ingin dibantu.
terkadang mereka hanya butuh didengarkan dan ditampung semua keluhannya.
Pun termasuk anak-anak.
Setelah mereka berkeluh kesah, tanyakan padanya,
"Jadi, bunda bisa bantu apa?"
Dan sebaiknya bunda bersikap jujur jika persoalan mereka memang tidak bisa kita pecahkan.
misalnya saja,
"Bunda aku gak paham tentang hukum fluida, kayaknya kok njelimet. Gimana ya bun?"
"Duh bunda juga gak jago fisika nak, nanti kita cari guru les aja gimana?"
ortu tentu bukan dewa yang bisa dan mampu menuruti apa kesulitan ananda.
#6. Amanah
Jika yang mereka ceritakan adalah hal yang bersifat secret, jadilah pendengar yang amanah.
Tentu mereka akan malu jika ceritanya akan diketahui orang lain.
Jika sampai bocor, mereka akan sulitt untuk mempercayai bunda.
Jadilah dokter spesial yang selalu merahasiakan rekam medis pasiennya.
#7. Memberi Semangat
"Bun... aku takut ujiannya susah. Aku takut karena aku gak bisa matematik."
Ketika mengetahui kelemahan ananda, biasanya hadir dua respon:
1. "Makanya belajar! jangan main game terus. Coba belajar, pasti bisa matematiknya."
2. "kakak yakin aja bisa, karena udah berusaha. Diantara banyaknya soal, pasti ada yang bisa dikerjain. Coba aja dulu"
Tentu respon nomor dua lebih menyenangkan dan menenangkan hati.
Walaupun mengetahui kenyataan ananda, tapi bunda tetap harus menjadi pendengar dan obat penenang.
Deang support dan obat penenang alami ia akan makin nyaman ketika curhat dengan bunda.
Bunda sampai kapanpun juga akan menjadi teman curhat terbaik bagi ananda. Bunda adalah orang pertama yang pertama kali menjadi teman cerita putra/putrinya hingga dewasa
Good mom is a good listener.
Always happy and be healthy !
Komentar
Posting Komentar