Sebagai seorang ibu tentu dituntut memiliki kemampuan multitasking.
Menariknya, fisiologi dan anatomi wanita memang sudah disiapkan untuk menghandle beberapa pekerjaan sekaligus.
Namun, jika terlalu sering melakukan hal tersebut tidak baik untuk kesehatan otak dan mental.
Tubuh jadi mudah terasa lelah, sumbu kian memendek, dan bukan tidak mungkin berakhir pada antibodi yang menurun.
Misalnya saja Bunda Aila,
secara bersamaan ia harus WFH tapi juga mendampingi ananda SFH (School From Home). Belum lagi di sela istirahat ia harus memasak dan belum sempat merapikan dapurnya. Suatu keruwetan yang luar biasa.
Atau lain lagi pada Bunda Mira,
Ketika ia memasak di dapur, si bungsu menangis minta digantikan diapers, dan si sulung pun berteriak karena kesulitan mengerjakan perkalian via daring.
Duh, kepalanya mungkin nyaris pecah saat itu.
Manajemennya kah yang kurang baik?
Atau keterampilan nya kah yang bermasalah?
Tentu itu adalah contoh kecil dari rutinitas yang terjadi dalam kehidupan bunda.
Terkadang kita ingin menghandle semuanya karena memang lebih nyaman jika dilakukan sendiri.
Tapi di lain sisi, sering merasa lelah atas segala kerumitan di rumah.
Yang pada akhirnya malah berdampak tidak baik bagi dunia bunda.
Oleh karena itu, bunda sesekali perlu menerapkan ilmu skip.
Ilmu ini belum diberi nama sebelumnya, tapi tanpa disadari sudah sering dilakukan.
Bagaimana kalau kita menyebutnya skiplogi?
Suatu ilmu yang men-skip satu kegiatan/ objek yang tidak terlalu urgen dan mendahulukan yang urgen.
Hal ini tentu saja bersifat subjektif dan hanya bunda sendiri yang paham benar mana yang benar-benar harus didahulukan dan tidak.
Lalu,
bagaimana caranya menerapkan skiplogi dalam kehidupan sehari-hari?
1. Buatlah prioritas
Dalam kegiatan rutin, bunda harus membuat jadwal pribadi dari mulai bangun tidur hingga tidur kembali.
Karena sifatnya repetisi dan berbeda sedikit, cukup buat jadwal weekday dan weekend. Jika berbeda tiap harinya, silakan membuat jadwal daily.
Dari kegiatan tersebut, adakah yang bisa di skip?
Artinya, jika bunda harus mengantar ananda ke sekolah atau tempat les lalu membereskan rumah, waktu untuk memasak sangatlah sedikit.
Bunda bisa membeli makanan diluar yang terjamin gizi dan kesehatannya.
Atau jika bunda sudah memiliki orang kepercayaan untuk mengantar ananda, maka skip jadwal antar jemput. Dan lanjutkan memasak serta bebenah.
Hal serupa terjadi pada bunda yang bekerja. Jadwal keberangkatan bisa sekaligus untuk mengantar ananda ke sekolah. Perihal memasak, jika tidak sempat bisa percayakan pada catering dan sejenisnya.
Semua tergantung kondisi masing-masing, kegiatan menskip ini berbeda di tiap keluarga.
2. Kerjasama dengan pasangan
Jika semua dilakukan sendiri, tentu akan terasa sangat berat. Komunikasikan dengan pasangan tentang jadwal bunda yang padat. Terlebih lagi saat pandemi, bunda harus mendampingi ananda daring seharian.
smartparents.com
Keruwetan akan terasa dobel jika bunda memiliki lebih dari satu ananda yang masih bersekolah.
karena itu, sampaikan uneg-uneg pada pasangan.
Bukan tidak mungkin, ayah akan turut membantu meringankan pekerjaan rumah tangga. Bahkan bagi ayah yang WFH bisa menyempatkan diri mengajari ananda beberapa mata pelajaran yang sulit.
Setelah dibantu Pak suami, apakah bunda masih men-skip pekerjaan?
Tergantung, jika efektif silakan.
3. Hubungan Baik dengan Tetangga
Ada kalanya kejadian yang tidak diinginkan menimpa diri bunda. Sebut saja, ketika si bungsu sakit dan kakak harus ditinggal di rumah. Pandemi begini tentu tidak boleh membawa orang banyak ke rumah sakit.
Kondisinya bunda tidak memiliki personal assistant (PA) atau ART.
Untuk sementara bunda harus menitipkan ke tetangga terdekat. Karena itu, setiap orang harus memiliki hubungan baik dengan tetangganya. Karena merekalah, orang terdekat yang pertanma akan menolong kita.
kalau sudah begitu, entah berapa pekerjaan rumah yang harus Bunda skip?
4. Memperbanyak Kenalan
Jika kita mengingat masa sekolah, tentu banyak sekali kawan yang dimiliki. Mulai di sekolah, di tempat les, bahkan komunitas anak muda lainnya, seperti komunitas skateboard, sepeda hingga game online.
Beranjak dewasa hingga menjadi ayah buda tentu semakin mengkerucut lingkaran pertemanan seseorang.
Namun ada saatnya ayah bunda harus kembali memperluas lingkaran ini. Memperbanyak teman di masa ini sangat menguntungkan ketika bunda memerlukan asisten rumah tangga, jasa ojek, hingga tukang kebun, dan tukang pompa.
Perbanyak kenalan di komunitas yang bunda geluti. Sebut saja selain tetangga dan teman kantor, bunda bisa mengikuti komunitas bunda yang bergerak di suatu bidang tertentu. Seperti berkebun, memasak, menjahit, hingga aktivitas keagaamaan seperti tahsin offline maupun online.
5. Sesekali tidak mengapa
Bunda tidak perlu merasa berdosa jika hari itu tidak sempat memasak, tumpukan baju berserakan, bahkan lantai rumah yang tampak belum kinclong.
Kegiatan tersebut bisa di skip, tapi bukan berarti tidak di kerjakan.
Sesekali tidak masak tidak apa, karena masih ada Catering enak di komplek sebelah.
Sesekali tidak menyetrika boleh lah ya, karena ada laundry yang siap antar jemput.
Lantas lantai yang tidak kinclong, mungkin bisa dibantu pak suami atau bunda kerjakan saat si kecil sudah bisa dikondisikan untuk tidak berlarian di rumah.
ya.. sesekali tidak mengapa.
Mereka tidak pernah menuntut kesempurnaan, mereka hanya ingin memiliki kenangan indah dalam perjalanannya bersama bunda
Akan ada saatnya tidak melakukan skip pada kegiatan harian.
Akan datang waktu ketika bunda tidak lagi memusingkan mana dulu ya yang harus dikerjakan.
Ketika ananda masih membutuhkan perhatian full dari bunda, prioritaskan pada yang bernyawa.
Lalu, delegasikan kegiatan yang tak berhubungan langsung dengan manusia pada orang lain.
Jadi gimana, sudahkah bunda menentukan prioritas hari ini?
Komentar
Posting Komentar