Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
apa kabar nya moms semua...
udah lama rasanya gak sharing, kok rindu ya... hehehe
masih di bulan Agustus, tidak boleh bicara ketus
karena tanggal tua sebentar lagi bakal hangus
gak nyambung ya moms...😄
nah karena masih di bulan Agustus, aku mau sharing tentang sesuatu yang aku pelajari di tengah bulan ini. Bertepatan dengan hari kemerdekaan RI.
17 dan 18 Agustus lalu, aku mengikuti zoominar bersama Ustad Muhammad Ridho, dengan tema Dauroh Homeschooling Merdeka. Satu hal yang aku bikin pengen ikutan adalah sub judul yang menarik dari flyer tersebut, yaitu, dari kolonialisme pendidikan menuju merdeka belajar.
keyword kolonialisme ini yang membuat aku kepengen banget gabung, padahal waktu itu 3 jam menjelang jam belajar. untungnya masih bisa daftar.
anyway, benar dugaanku.
Sesuai ekspektasi, bahwa aku mendapatkan esensi merdeka belajar yang sesungguhnya. Bukan Merdeka yang sekadar wacana.
Hari itu, Ustad Ridho memulai perkuliahan pukul 13.00 dipandu oleh MC sekaligus moderator, Teh Rokayah.
Ustad Ridho adalah praktisi, dosen, sekaligus founder HomeSchooling Keluarga Muslim.
bagi moms yang belum memahami apa sih homeschooling itu, yukk disimak dulu.
Homeschooling...
menurut Ustad Ridho, Homeschooling (HS) adalah proses mengasuh dan mendidik secara mandiri.
Orang tua mengambil alih tanggung jawab pengasuhan dan merancang pendiikan secara mandiri. Baik itu sekolahnya mau dimana, dan mau belajar apa.
HS juga mengajarkan pada kami ortu, untuk menjadi lembaga pengasuhan pertama. sedangkan sekolah adalah lembaga pendidikan yang utama.
jadi moms, Homeschooling bukan memindahkan sekolah ke rumah. Namun mengembalikan peran pengasuhan kepada ortu, bukan lembaga lain.
Sebab, parenting is full time. Schooling is part time.
ORTU Serba Bisa?
Banyak yang menganggap ketika ortu meng HS-kan anaknya, maka ortu itu pintar luar biasa. Mereka bisa mengajari anaknya berbagai hal yang biasa diajarkan di sekolah. NO!
anggapan itu tidak salah juga tidak benar.
Namun jika ada ortu demikian, maka Maha Besar Allah yang telah memberikannya berbagai macam kelebihan.
jadi moms, dalam konsep HS yang kami gunakan, homeschool parent itu berperan sebagai pengajar pertama, sedangkan guru adalah pengajar utama.
Ortu hanya mengajarkan anak sesuai kemampuannya. Jika ortu tidak bisa mengajarkan matematika, maka mintalah bantuan kepada guru yang kompeten di bidangnya.
Lalu, Tugas Ortu HS ngapain?
Ketika aku memutuskan untuk meng HS kan anakku, maka netizen berpikir "ah terang aja HS, orang elu kan dulu guru"
yess. itu bonus buat aku. tapi bukan itu peran utama ortu HS di rumah. Bonus ku hanya memahami silabus dan kurikulum, tapi banyak hal yang tidak kupahami, dimana aku masih membutuhkan banyak guru untuk melengkapi hidupku.
Disinilah, Ustad Ridho menjelaskan bahwa sesungguhnya ortu gak perlu repot-repot ngurusin kurikulum karena ortu sudah punya job desk sendiri, dan ini bukan hanya untuk ortu HS loh moms, tapi untuk semua Ortu:
Job desk itu adalah asah, asih, asuh, aturan, dan tradisi.
1. Asah.
Kewajiban ortu untuk memberikan keterampilan dan mendidik mental anak, serta belajar akhlak dari ortu.
Misalkan saja ortu yang pandai memasak bisa mengajari anaknya untuk memasak. Suka tidak suka, jika ananda terbiasa melihat bunda memasak, kelamaan akan membantu.
Mental: meminta tolong ananda untuk belanja ke warung.
dengan beragam kegiatan yang dilakukan anana bersama ortu di rumah, kelamaan akn terbentuk karakter pada dirinya.
2. Asih. Kewajiban ortu untuk memberikan kasih sayang, perhatian, pengertian, kebersamaan. Terkadang sistem persekolahan yang terlalu lama dan kesibukan ortu masing-masing bisa mengurangu intensitas kebersamaan. Sehingga program asih ini tidak bisa dilakukan dengan maksimal.
3. Asuh. kewajiban ortu untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan.
4. Aturan. Tugas ortu untuk memberi tahukan ananda tentang perintah dan larangan (do and don'ts). Tentu saja hal ini adalah larangan dalam keluarga dan saat berada di masyarakat. lakukan hal ini dengan konsisten.
5. Tradisi. Ortu membiasakan diri untuk melakukan rutinitas yang baik. Agar nantinya tradisi baik ini diteruskan oleh ananda ketika dewasa.
misalnya saja bunda selalu membaca buku setiap pagi, ayah mencuci motor tiap akhir pekan. Rutinitas ini akan diikuti anak kelak, terlebih lagi jik mereka diajak beraktivitas bersama.
Nah moms, gimana?
tentunya kelima hal tadi adalah hal yang terdapat pada keluarga kita saat ubu. Bahkan sudah kejadian di keluarga orang tua kita terdahulu. Hal itulah yang menjadi fokus para ortu HSer.
Itulah kurikulum yang sebenarnya, yang akan dibawa hingga mereka tua nanti.
sudah pasti, hal ini akan menjadi pertentangan banyak pihak.
lalu bagaimna ijazah nya?
bagaimana kurikulum nya?
Jobdesk ortu HS er yang disampaikan Ustad RIdho adalah asah, asih, asuh, aturan dan tradisi.
untuk ijazah tidak perlu repot karena ijazah penyetaraan di PKBM.
materi pelajaran hanya menyesuaikan saja.
jadi MOms pada intinya homeschooling adalah mengembalikan fitrah pendidikan. Mengembalikan pembelajaran pada pendidikan zaman dahulu dengan penambahan multivitamin di dalamnya karena HS zaman now tentunya dididik oleh ortu yang sudah memiliki pendidikan tinggi.
Ustad Ridho mengingatkan bahwa HS adalah respon sosial bukan alternatif.
Ketika sudah yakin HS maka lakukanlah. Ketika lebih meyakini public school maka jalanilah.
Ortu public school jika memanfaatkan waktu sebaik mungkin , tentu bisa melaksakan jobdesk yang dipaparkan oleh ustad Ridho.
So Moms, teringat kata Ustad di awal pembelajaran
الْÙŠَÙ‚ِÙŠْÙ†ُ لاَ ÙŠُزَالُ بِالشَّÙƒِّ (Al yaqini la yuzalu bi syak)
keyakinan itu tidak dapat dihilangkan dengan keragu-raguan
jadi kalau moms sudah yakin, lakukan sebaik-baiknya. dan tidak melupakan kaidah jobdesk tadi ya.
tetap semangat dan sehat selalu
salam Ingat Job Desk
Mama Dhiyaan dan Danish
Komentar
Posting Komentar