Assamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh.
Hai moms!
Apa kabar semuanya?
Semoga dalam keadaan sehat dan semakin baik yaa…
Anyway,
Masih dalam suasana idul adha,
Ada yang masih sibuk motong-motong daging hari ini?
Atau sudah kenyang sama sate dan gulai?
Atau malah ada yang gak bikin apa-apa kayak aku? Hehehe.
Apapun itu,
Kita masih bersyukur bisa diberi kesempatan sehat dan menghirup udara segar sampai dengan hari ini.
Bisa menyantap aneka panganan dari olahan kambing dan sapi adalah bonus dari Allah Swt.
Tapi apakah iya hanya kambing dan sapi yang dikurbankan di hari raya idul adha?
Tidakkah mom terlupa akan satu hewan lagi?
Hayooo apaaa…
Itu lho yang kiting-kiting, yang katanya dulu mah sering ada di soal anak Sd bisa buat benang wol. Hehehe
Yup!
Hewan itu adalah domba.
Kasian lho si domba, gak famous banget di negeri kita.
Padahal…
MaaSyaa Allah dagingnya enak bangetttt!
Dan di luar negeri seperti Amerika, Inggris, dan Australia justru lebih suka mengkonsumsi daging domba ketimbang kambing.
Mereka lebih menyukai domba karena teksturnya yang lebih juicy dan tidak membutuhkan proses masak terlalu lama.
Dan jangan lupa moms,
Daging domba adalah salah satu makanan kesukaan Nabi Muhammad Saw
Jika orang bule saja sudah meniru kebiasaan Rasulullah Saw, masa kita enggak ? 😁
Jadi,,,,
Bener nih gak kepengen makan daging domba?
Nah,
Kali ini aku mau sharing tentang pengalaman pertama menyantap daging domba.
*****
Alhamdulillah.
Kemarin kami masih diberi kesempatan berkurban.
Ketika hari-H pak suami memberikan kejutan berupa domba yang sudah ia pesan dari sahabatnya tanpa sepengetahuan kami.
Awalnya ya kaget,
Kenapa harus domba?
Karena dari looks saja kan agak gimana gituuu…
Karena ya…
Kurang popular…
Dan bisa jadi karena mitos-mitos yang belum pasti, seperti kolesterol dan penyakit lainnya.
Akhirnya semua keraguan ditepis,
Kami pun menyambut kedatangan Suki. Itu adalah nama yang diberikan oleh anakku, si Dhiyaan.
Katanya dombanya lucu seperti shooky, member kartun BT 21.
Kebetulan tempat kami membeli dekat dengan rumah ibuku di Cimanggis.
Suki pun kami inap kan dulu di rumah ibu selama sehari.
Perbedaan pertama kami temukan pada Suki, si domba putih bersuara macho.
Bagaimana tidak?
Setiap mengembik suaranya begitu menggelegar sampai si bungsu pun kaget. Hahaha.
Dari awal kedatangannya, aku sama sekali tidak mengendus aroma prengus.
Domba tidak bau.
Aku mulai menyukainya, ia baik dan tidak menakutkan. Makannya pun banyak. Kali itu ia makan daun nangka dan sempat mencuil sirih milik bapakku.
Kotorannya pun tidak sesering dan sebanyak kambing.
Aku menemukan kotoran yang agak banyak saat dini hari.
****
Pukul 06.30
Suki dibawa ke tempat pemotongan. Kami meminta tolong pada Pak Haji deket rumah untuk membantu menyembelih Suki.
Tentu saja dengan jasa menyembelih sesuai pasaran di daerah tersebut.
Pukul 07.10
Pak haji menyiapkan alat tempurnya, bersama seorang asistennya.
Suki pun disembelih.
Sudah lama aku tak melihat ritual ini, terakhir mungkin saat aku kecil.
Jujur saja aku gak tega menyaksikannya langsung.
Bersama anak-anakku aku menyaksikan Suki dikuliti saja.
Dengan sigap Pak Haji menguliti Suki.
Cukup 30 menit dari peneyembelihan hingga packing daging.
Aku rasa ini adalah mission of life nya.
Menjadi pengusaha aqiqah, bermula dari tukang jagal.
MaaSyaa Allah.
Asistennya memotong daging dan tulang Suki menjadi beberapa bagian.
Kami pun membagi-bagikan pada tetangga pak haji dan tetangga sekitar rumah ibuku.
Usai sudah prosesi kurban hari itu.
Alhamdulillah.
****
Pengolahan Daging Domba
Dan tentu saja selanjutnya adalah cooking.
Bukan ibuku Namanya kalau tidak sibuk memasak.
Beliau yang paling sibuk membuat aneka bumbu hari itu.
Kami sudah bekerja sesudi jobdesk nya.
Bapak dan ibu memotong dan membuang lemak Suki si Domba,
Aku dan suamiku menusuk daging ke tusuk sate.
Ada yang berbeda kali ini.
Ketika aku menusukkan potogan daging tersebut, aku sama sekali tidak menghirup bau seperti kambing yang menyengat.
Ternyata benar.
Daging domba minim aroma prengus.
Hanya 15%
Ketika kami semua sibuk menusuk,
Adikku dan anak-anak menyiapkan alat bakaran sate.
Setelah itu kami mencoba sate daging domba yang sudah diberi bumbu oleh ibuku.
Ternyata benar, rasanya enak sekali.
Empuk dan tidak bau.
Setelah sate mendingin pun,
Tekstur masih terasa empuk.
Sampai anak-anak habis 6 tusuk.
Padahal sebelumnya mereka tidak menyukai sate kambing.
*****
Hari itu, kami memasak sate domba dan tongseng domba.
tidak kalah dengan sate, tongseng pun jauh lebih sedap. Dagingnya sama seperti potongan daging ayam.
Pokoknya domba ini adalah solusi terbaik bagi yang kurang menyukai daging kambing seperti aku.
Lezatnya hidangan dari daging domba, menjadi penyemangat baru bagi kami agar tahun depan bisa kembali melaksanakan ibadah ini lagi.
Yuk moms,
Sama-sama saling mendoakan agar kita semua bisa berkurban di tahun berikutnya.
Agar tidak berat,
Menabung setiap bulan, atau tiap minggu, jika masih berat maka per hari 10.000
Pilih saja.
Karena hidup adalah pilihan.
Pilihan yang baik akan mendatangkan hikmah yang jauh lebih baik.
Anyway,
Pilih kambing apa domba?
Salam sayang domba
Mama Dhiyaan dan Danish
Komentar
Posting Komentar