Agar Tulisan ‘Enak’ Dibaca
Seringkali saat membaca sebuah tulisan (buku), kita tidak ingin menyudahinya.
Sebut saja, Najwa seorang pelajar menengah pertama sangat menyukai novel Tere Liye. Semua cerita karangan pria itu dibacanya hingga tuntas. Baik itu media digital ataupun cetak..
Mengapa?
Bagi Najwa Cerita dari Tere Liye memiliki magnet. Tidak akan ia melepasnya kalau belum selesai.
Bisa jadi, cerita yang ia baca terasa enak. Sederhana, halus, dan membuat sang pembaca penasaran.
Saya pun pernah membaca Amelia-nya Tere Liye. Sangat terasa suasana tanah Sumatera, dimana kebun kopi menjadi latar utama ceritanya. Salah satu cerita fiksi yang cukup menarik.
Teman-teman yang baru masuk ke dunia kepenulisan tentu ingin mengetahui trik agar tulisan kita bisa menjadi magnet bagi pembacanya.
Nah saya punya beberapa trik agar tulisan kita enak dibaca.
Menurut Bapak Elba Damhuri, Kepala Republika.co.id dalam zoominar nya tahun lalu. Dalam seminar online yang berjudul jurnalis milenial, beliau memberitahukan bahwa agar tulisan terasa sedap dibaca, kita perlu mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1. Kalimat tidak boleh terlalu panjang. Tiap kalimat maksimal terdiri dari 15 kata.
2. Memiliki kalimat (paragraf) pembuka yang menarik. Paragraf pembuka biasanya ada di halaman pertama, atau jika novel berada di bab pertama. Setiap kalimat pembuka wajib memiliki pola S-P-O-K, atau paling tidak S-P-O.
3. Memiliki satu pikiran pokok dalam tiap paragraf.
Kalimat pembuka adalah bagian yang tersulit dalam sebuah tulisan. Jika demikian teman-teman bisa mengerjakan bagian isi dulu. Atau tulis saja seperti menulis jurnal harian. Tulis apa yang ada di kepala dan dirasa di hati.
Saya selalu ingat kata Ahmad Fuadi,
“Bahwa apa yang disampaikan dari kepala, akan sampai ke kepala. Apa yang disampaikan dari hati, akan sampai ke hati.”
Selamat bercerita dan ingat,
Editnya belakangan aja! 😁
Salam Semangat Menulis,
Ibuk Ayu
Komentar
Posting Komentar