Assalamu’alaikum moms!
Pagi ini aku mau melanjutkan tentang stacode jilid 3, yaitu kemampuan berpikir dan sosiabilitas.
Kayaknya sih,
Ini adalah bagian favoritku.
Aku selalu menyukai bagaimana proses manusia berpikir lalu menyelesaikan masalahnya sendiri.
Dan itu tidak terbentuk begitu saja.
Lagi-lagi sejak ananda berusia 7 tahun, saat dimana Allah sudah mengaktivasi logika mereka.
Di pertemuan 3, Ustad Adriano mengawali hal yang sangat menarik.
Bagaimana kebanyakan orang lebih menyukai How to ketimbang What Is?
Padahal ya sebelum nanya Gimana Cara, biasanya yang terlahir adalah sebuah definisi.
Definisi atau teori tentunya lahir dari ribuan pengalaman.
Teori lah yang pada dasarnya dapat dipelajari untuk menyelesaikan masalah.
Ketika memahami konsep, teori, filosofi, maka how to akan ketemu.
Kenapa?
Simple aja sih, karena how to nya kamu pasti lah berbeda dengan how to nya aku.
Got it ya moms?
Kemampuan Berpikir dan Sosiabilitas
Pada dasarnya ananda sudah memiliki self learning. Self learning adalah kemampuan berpikir dari dalam diri.
Setiap manusia hakikatnya tidak boleh menyalahkan orang lain saat tertimpa sebuah masalah. Allah memberikan kemampuan berpikir pada hamba-Nya. Termasuk menyalahkan orang tua, sangatlah dilarang.
Sebab manusia manusia berakal dan berilmu.
Afala ta’qilun (apakah kamu tidak menggunakan akalmu?)
Afala tatafakkarun (apakah kamu tidak memikirkan?)
Allah akan memandu hamba-Nya yang dikehendakinya dengan hidayah-Nya agar manusia tetap berada di jalan yang lurus.
Mengapa manusia harus berpikir?
Karena kombinasi dari berbagai pemikiran akan menghasilkan sintesa-sintesa. Sintesa itulah yang digunakan untuk menyelesaikan masalah.
Itulah sebabnya mengapa Allah memilih Nabi Adam A.S menjadi khalifah.
Ustad Aad membagi kemampuan berpikir (otak) menjadi beberapa level:
1. Otak sebagai budak.
Memori hanya sekadar disimpan lalu tumpuk. Untuk merecallnya sangatlah sulit.
2. Otak sebagai perpustakaan.
Memori disimpan, diberi kategori, mudah di recall.
3. Otak sebagai laboratorium.
Memori disimpan, dikategorikan, diuji coba lalu menghasilkan sintesa-sintesa. Layaknya hidrogen yang direaksikan dengan oksigen akan menghasilkan H2O.
karena sejatinya berpikir adalah proses memutar otak. Informasi berkembang menghasilkan sintesa+sintesa --> antitesa.
4. Otak sebagai production house.
Ini adalah peran otak di level tertinggi, dimana otak bereperan sebagai rumah produksi/ rumah kreasi. Otak menghasilkan karya-karya baru.
Otak --> ide --> konsep --> desain --> produk.
Nah moms,
Kemampuan berpikir tersebut sudah Allah hadirkan ke ananda saat usianya 7 tahun.
Oleh karena itu, biarkanlah mereka menyelesaikan problemnya sendiri.
Tentunya problem dengan tingkatan usianya.
Ketika usia 7-10 tahun ajak ananda untuk memecahkan problem pribadinya.
Sebut saja:
berusaha menemukan barangnya yang hilang,
membersihkan sendiri air/ makanan yang tumpah
mencuci pakaiannya yang kotor sehabis main lumpur
merapikan mainan dan meletakkan ke dalam kotak mainan
dll.
ketika ananda berusia 10 tahun ke atas, barulah ajak mereka untuk bertukar pikiran, menyelesaikan masalah keluarga, masalah lingkungan, rumah, umat, dll.
Sebetulnya masalah kan tidak selalu berkonotasi negatif ya moms,
Sebut saja problem keseharian kita, misalnya:
diskusi tentang bungkus jajanan yang ada di depan rumah dan sekitar.
Ajaklah mereka untuk membersihkan sampah plastik tersebut.
Kemudian step berikutnya bisa ajak ananda untuk mencuci sampah plastik lalu membuat eco brick.
Diskusi tentang keuangan, bahwa keuangan bunda mulai menipis, kita masak apa ya agar hemat tapi tetap masak sehat?
Diskusi tentang tetangga yang sakit, lantas enaknya dibawakan apa ya?
Diskusi tentang rencana liburan. Lalu membuat kesepakatan kemana akan pergi. Bukankah terlalu banyak suara dari anggota keluarga juga merupakan permasalahan?
Terlalu banyak permasalahan dan kegelisahan yang moms hadapi.
Kita perlu membagikan sedikit masalah kita pada ananda.
Mereka perlu tau agar tidak menganggap dunia ini utopia.
Hidup ini masalah. Dan tidak akan pernah luput dari masalah.
Jika ananda terbiasa mengenal dan memecahkan masalah, ketika dewasa memiliki sebuah masalah, ia akan merecall dan menyelesaikan masalah pribadinya itu.
Jangan lupa moms, beri hadiah ketika mereka berhasil memecahkan masalah di luar kemampuannya.
Nah moms, Ustad Aad memiliki beberapa tips agar ananda mampu berpikir dan memecahkan masalahnya:
1. Menyampaikan cerita yang pesannya masalah. Sebuah cerita yang berakhir dengan pertanyaan besar akan menjadi problematika yang ia bawa tidur.
Moms bisa mengubah story telling yang biasanga menyampaikan amanah menjadi teka teki.
Bagaimanakah dengan timun Pak Tani?
Apakah yang terjadi dengan si kancil?
Dongeng yabg berakhir demikian akan lebih seru bagi ananda 7-10 tahun. Percayalah! Saya sudah coba 😁
2. Libatkan ananda dengan kehidupan alam dengan mengajaknya camping, outbond, piknik, dll.
3. Berikan doktrin kepada ananda:
Malu bertanya memang sesat di jalan, tapi jangan belum apa-apa sudah bertanya duluan.
Sok tahu lah karena kalian banyak tahu.
Sedikit gengsilah bertanya pada manusia, bertanya lah pada Allah
Jika benar-benar tidak paham,bertanya lah pada ahlinya.
Mengajak diskusi
Semua akan menjadi pelajaran bagi orang yang berakal dan berilmu.
Salam Pecah pikir
Mama Dhiyaan dan Danish
Komentar
Posting Komentar