Assalamu’alaikum moms!
Hari ini masih membahas seputar Sang tawanan yang ternyata masih bocah.
Di bagian pertama, saya sudah membuat resume ala-ala tentang prinsip dan filosofi stacode. Di bagian ini saya akan sharing tentang tanggung jawab dan kemandirian the stacode.
Tanggung Jawab dan Kemandirian
Ketika mendengar tanggung jawab, saya agak tersentil. Namun bukankah merasa tersindir itu menandakan sinyal hati masih kuat?
Saya merasa masih jauh dari seseorang yang bertanggung jawab. Baik itu sebagai hamba-Nya, istri, ibu ataupun anak.
Tanggung jawab.
Berat.
Menurut Ustad Aad indikator manusia dewasa adalah ketika seseorang sudah siap untuk bertanggung jawab di dunia dan akhirat.
Lantas bagaimana agar ananda 7-12 tahun dapat menjadi manusia yang bertanggung jawab?
Etitss. Nanti dulu moms.
Ustad mengingatkan bahwa sebelum bertanya perihal how to, pahami dulu what is?
Artinya, janganlah segera ingin tahu, tapi tangkap dulu prinsip dan hakikat dari tanggung jawab itu sendiri.
Bukankah teori berasal dari ribuan eksperimen?
Tanggung Jawab
Tanggung jawab pada anak singkatnya adalah ketika ananda bisa menjawab pertanyaan why?
Diawali dengan pembelajaran karena kesadaran bukan pembiasaan.
Jadi mendidik anak bertangung jawab adalah mendidik kesadaran.
Tanggung jawab terjadi ketika seseorang menyadari akan perannya. Sadar adalah kunci dari responsibility seseorang.
Ustad Aad menambahkan, agar ananda menyadari maka lagi-lagi perlu ditempa dengan pembelajaran yang sesuai di usia 7-12 tahun.
Beberapa kompetensi bagi stacode:
1. Taklif syar’ie sebagai panggilan jiwa
2. Strong character dan personality
3. Basic life skills: survival in interdependency
4. Social disclipine and responsibility
Dan pada prinsipnya, pembelajaran untuk stacode:
Kurikulum Allah + kurikulum terstruktur
Co-individual
Hikmah of structured-experienced
Bagaimana mendidik tanggung jawab?
Saya ingat sejak usia 10 tahun saya selalu naik angkot dari rumah ke sekolah yang berjarak 23 km. Tiada kekuatiran sedikit pun dari ortu dan sedikit banyak anak-anak seumuran saya pada waktu itu. Kami the angkoters adalah para jagoan dan pemberani. Bermodal ongkos 500 perak kami sudah bisa jelajah kota.
Berangkat pun tepat waktu lalu pulang kerumah pun demikian.
Ternyata anak tak selemah yang dibayangkan. Tidak ada istilah zaman sudah berubah.
Zaman berubah tapi ananda tetaplah bocah 7-12 tahun yang rupanya senang diberi kepercayaan tinggi.
Belakangan saya baru mengetahui bahwa itu adalah contoh trust and respect dari bapak dan ibu.
Kedua hal itulah yang perlu dilakukan saat melatih tanggung jawab.
Menurut Ustad Aad ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendidik tanggung jawab stacode:
1. Memberikan amanah dan tanggung jawab.
Ajarkan anak tentang tanggung jawab terhadap tubuhnya. Kesehatan tubuh, kebersihan tubuh, bagaimana cara menjaganya harus diketahuinya. Bahkan batasan-batasan terhadap bagian yang boleh terlihat dan tidak pun juga harus mereka ketahui.
2. Ajarkan ananda bertanggung jawab terhadap asetnya (barang pribadinya). Usahakan kalau barang mereka hilang, tidak dibantu. Cukup memberikan clue saja,
“terakhir kakak letakkan dimana?”
“Ada yang pinjam atau tidak?”
“Coba diingat sekali lagi ada dimana.”
Percaya deh moms, ini yang bapak saya lakukan sampai saya setua ini kalau ada barang hilang. Dan saya terapkan kembali ke ananda yang baru berusia 7 tahun, IT WORKS!
3. Berikan kebebasan
“Anak yang miskin kemerdekaan akan lepas tanggung jawab.”, demikian tutur Ustad Aad. Beri kebebasan maka ananda akan memiliki tanggung jawab. Tentu kebebasan disini masih terawasi. Misalnya saja,
Boleh bermain, tapi kalau dipanggil harus pulang
Boleh bermain di rumah teman, tapi tetap jaga adab.
Boleh memasak tapi harus hati-hati.
4. Percaya dan jangan banyak intervensi
Trust and respect berhubungan pula dengan kebebasan bersyarat. Dan bedakan tanggung jawab dengan tugas.
Sebagai contoh saat seorang ibu meminta ananda untuk menggoreng telor dadar, biarkan saja ia membuatnya dengan alanya. Tidak perlu mengintervensi cara memecahkan telur, cara mengocok telurnya, wadah yang ia gunakan, dan seberapa banyak ia memakai garam serta penyedap. Saat memberikan tugas kepada ananda cukup perhatikan 3 hal: kuantitas, kualitas, dan waktu.
Kuantitas: sesuai tidak dengan jumlah yang diminta? (misal 3 butir telur)
Kualitas: apakah gosong sehingga tidak akan enak dimakan?
Waktu: apakah terlalu lama dari waktu yang ditentukan?
5. Ajarkan tentang consequential learning
Consequential learning adalah metode pembelajaran pada manusia agar manusia merasakan secara langsung dan determinative akibat dari perbuatannya, dan bertanggung jawab terhadap konsekuensinya dengan cara membiarkannya memikul resiko secara alami.
Contohnya saja, bagaimana kalau kakak menunda salat? Apa konsekuensinya?
Kakak juga akan menunda keberkahan dari Allah, kalau telat salat maka karunia Allah akan telat, dll. Berikan konsekuensi dari perbuatannya. Konsekuensi berbeda dengan hukuman.
6. Berikan tanggung jawab social
Tanggung jawab social diberikan pada ananda yang sudah berusia 10 tahun ke atas. Bagi ananda 7-9 tahun cukup bertanggung jawab pada tubuhnya dan asset pribadinya.
Ingat ya moms tentang botol minum Tupperware yang sering tertinggal di kelas?
Itu kemungkinan besar karena tanggung jawab terhadap barang pribadi yang belum selesai.
Saran saya, selagi ananda masih belajar tanggung jawab, jangan dulu dibawakan benda mahal/ berharga.
Tanggung jawab sosial tentunya berkaitan dengan bagimana ananda berinteraksi dengan orang lain. misalnya saja bertanggung jawab kepada orang tuanya sendiri, kepada teman/ kelompok, dan kepada guru. Contoh:
- Ananda boleh ditugaskan untuk mengunci pintu dan menggembok pagar. - - Ananda diberikan tanggung jawab terhadap keamanan rumah atau kebersihan rumah, missal menyapu, mengepel dan membersihkan jendela.
- Ananda diikutsertakan dalam kegiatan pramuka dan bertanggung jawab sesuai tugas masing-masing sesuai dengan arahan pembimbing.
- Ananda diminta pergi ke pasar dan naik angkot.
Ingat ya moms, tanggung jawab sosial ini diberikan di usia 10 tahun.
Kemandirian
Selama ini mengenal mandiri sebagai pengertian dari ngapa-ngapain sendiri. Ternyata menurut Ustad Aad gak begitu moms. Konsep kemandirian erat kaitannya dengan bertanggung jawab. Kemandirian bukan diartikan kemampuan tanpa bantuan orang lain, tapi bagaimana seseorang mampu mengelola potensinya untuk memenuhi kebutuhannya.
Jadi bagaimana mendidik kemandirian ananda stacode:
1. Mampu mengelola potensi mereka untuk memenuhi kebutuhan
Saya memiliki sepupu yang usianya masih 13 tahun. Sejak usia 9 tahun hingga sekarang ia tidak pernah meminta uang jajan pada orang tuanya untuk membeli seblak dan cilor kesukaannya. Ia pandai menjual barang dagangan mulai dari alat tulis dan makanan ringan ke teman sekolahnya. Pada awalnya meminta modal dari ayahnya, tapi kelamaan ia bisa memodalkan dirinya sendiri.
2. Mampu mengelola potensi untuk bersinergi dengan orang lain.
Cara ini disebut juga transaksi potensi/ barter. Anak-anak mandiri adalah anak yang mampu mengembangkan dan mengaktualisasikan potensinya. Mungkin bisa dicoba dengan bertukar potensi dengan orang tua sendiri.
Contohnya saja ketika sepupu saya yang tadi saya ceritakan ingin berjualan barang yang agak mahal,seperti socket HP, maka ia meminta modal dari sang ayah. Hal ini disebut barter. Ketika ia menjual kepada temannya ini disebut mengaktualisasi poteensinya. Biasanya fathin berjualan benda yang mengikuti tren. Tidak sejenis itu-itu saja
3. Membiarkan ananda menghadapi masalahnya sendiri dan menyelesaikannya sendiri.
Ketika ananda memiliki masalah, biasanya sudah tersedia pula jalan keluarnya. Jangan terburu untuk membantu, kecuali permasalahan yang sangat berat.
Gimana??
Lumayan panjang ya resume kedua ini.
Pembahasan yang MaaSyaa Allah membuat saya berpikir bahwa ketika ananda berada di usia ini benar-benar sang raja tega harus dihadirkan. Dialah sang ayahanda.
Hanya ayah yang tega melepas ananda untuk mengembara di luar rumah.
Hanya ayah yang tega membiarkan ananda merengek karena minta dibelikan pensil baru yang hilang
Hanya ayah yang tega melihat peluh membanjiri wajah saat ananda menaiki bukit kehidupan.
Selamat berjuang anak-anakku.
Semoga Allah meridai kami dalam membimbingmu
Siapkan dirimu menjadi stacode,
Kelak kau akan jadi dewasa yang tumbuh indah mengikuti fadilahmu.
Salam Stacode 2
Mama Dhiyaan dan Danish
ane kira antum udah di adsense sm tupperware wkwk
BalasHapusOwalah bu ama.. Ada aja dimari. Nantilah blom maen gituan. Pengen nnya sig gitu
BalasHapus