Mission of Life, Sebuah Mission yang Sangat Possible
Akhir tahun 2015, masih teringat kala itu aku mengikuti sebuah pelajaran penting. Sehari-sehari aku mengikutinya melalui sosial media. Status yang beliau pasang begitu nyata dan benar adanya. Ketika beliau mengadakan seminar di suatu Sekolah Dasar di bilangan Jakarta Barat, berangkatlah aku kesana. SD Bhakti YKKP, Kemanggisan menjadi lokasi pertama kalinya aku menimba ilmu dengan Ustad Harry Santosa. Beliaulah penggagas Fitrah Based Education atau lebih dikenal khalayak dengan FBE.
Akhir tahun 2019, aku kembali bertemu dengannya. Aku tidak lagi belajar bersama ratusan orang dengan bangku dan podium. Kami duduk sejajar, berlesehan dengan para sahabat. Kami hanya bertujuh, tidak lagi puluhan apalagi ratusan. Allah yang Maha Pemurah dan Penyayang mengizinkan kami untuk memetik langsung ilmu dari gurunda. Ilmu yang hari itu begitu bermanfaat. Sebuah pemanasan yang membuat kami berpikir keras tentang misi hidup kami. Sebuah mission impossible kah? Atau justru sebaliknya?.
1. Mission of Life
Mission of life atau misi hidup masih terdengar asing di telinga sebagian orang. Paham definisinya pun belum tentu akan dapat meraih misi hidup itu. Menurut Ustadz Harry Santosa, misi hidup adalah titik pertobatan (kembali) atau kesadaran yang spesifik yang diridai Allah. Misi hidup merupakan sebuah pergerakan diri untuk menyeru kebenaran dalam sebuah bidang kehidupan. Misi hidup berorientasi langit dan untuk umat.
Ustadz Harry pun melanjutkan, bahwa bakat dan misi hidup seseorang sudah termaktub jelas dalam salah satu ayat Al-Quran:
Katakanlah Muhammad, “Setiap orang berbuat dengan pembawaannya masing-masing.”. maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya. (Al Isra: 84)
Ayat tersebut menerangkan bahwa setiap orang sudah lahir dengan pembawaannya (bakat) masing-masing. Kompetensi (syaakila) telah Allah instal dalam diri hambaNya. Syaakila (kompetensi) merupakan kemampuan diri. Syaakila harus digunakan di sabila (jalan Allah).
Dengan demikian, ketika sadar akan kemampuan diri yang telah Allah anugerahkan selanjutnya tugas manusia adalah mendekatkan diri padaNya. Pendekatan dan pembersihan diri akan menyebabkan syaakila kita berada pada sabilaa.
2. Menemukan Mission of Life
Ketika kami menyimak penjelasan Ustadz Harry Santosa tentang pendahuluan mission of life, terjadi pemikiran yang berputar-putar. Apakah kami sudah menemukan misi hidup kami?. Jadi, kami ini diciptakan untuk apa dan siapa di bumi ini?. Terasa begitu sulit menemukan misi hidup yang dibahas sedari tadi. Apakah masih jauh jalan itu? Ataukah sudah dekat namun terhambat?
Sejenak kami merenungi segalanya. Probabilitas terlalu banyak. Namun pada intinya misi hidup akan datang dengan sendirinya ketika jiwa dan hati sudah bersih dari kejengkelan-kejengkelan kecil dan besar. Mission of life akan tiba saat cinta dan ketulusan diri lebih besar daripada hal-hal lain yang menyempitkan dada.
Beliau menyampaikan bahwa penemuan misi hidup pun terdapat dalam surat Al-Quran
Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung dan menyapihnya selama tiga puluh bulan, sehingga apabila dia (anak itu) telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun, dia berdoa, “ Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar kau dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridai; dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai ke anak cucuku. Sungguh aku bertobat kepada Engkau, dan sungguh aku termasuk orang muslim. (Al Ahqaf 15)
Surat tersebut menerangkan bahwa jika kita ingin meraih mission of life maka berbuat baiklah pada orang tua. Selesaikan segala permasalahan dengan orang tua bahkan mertua. Lepaskan hati dan jiwa dari segala ganjalan terhadapnya. Al Ahqaf ayat limabelas sekaligus menjadi doa agar seseorang diberi petunjuk untuk menemukan tujuan penciptannya.
Seseorang yang sudah menemukan misi hidupnya maka tugas selanjutnya adalah menyatukan kompetensi anggota keluarga. Syaakila masing-masing anggota keluarga tersebut yang nantinya akan membentuk misi keluarga. Misi keluarga akan begitu indah ketika perjuangan diri dilanjutkan oleh keturunan kita.
“Dan orang-orang yang beriman, dan anak-cucu mereka dengan keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka itu dengan mereka, dan Kami tidak mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap pribadi terikat dengan apa yang diperbuatnya,” (QS Ath Thuur: 21)
Oleh sebab itu bertemunya seseorang dengan misi hidupnya akan banyak mempengaruhi kualitas hidupnya. Termasuk di dalamnya membawa dampak bagi keluarganya. Semakin seseorang bertemu dengan misi hidupnya akan sejalan dengan ibadahnya. Misi hidup berbanding lurus dengan maintenance seseorang akan kedekatan terhadapNya.
Pada hakikatnya, ada tiga hal utama yang harus diperhatikan dalam proses menuju penemuan mission of life, yaitu:
3. Langkah Menuju Mission of Life
“ Ustadz, jika sudah berdoa dan minta diberi petunjuk, tidak memiliki ganjalan dengan orang tua lantas belum bertemu misi hidup saya lantas bagaimana?”, demikian pertanyaan dari seorang bunda. Pertanyaannya seolah mewakili isi hati kami.
Penyebab seseorang belum bertemu misi hidupnya tentu banyak sekali. Misi hidup layaknya bisikan-bisikan sampai ke telinga seseorang. Bisikan untuk menyeru kebenaran di agama Allah. Suara yang sayup-sayup namun jelas di hati orang yang Dia pilih. Jika belum bertemu jua, Ustadz Harry menyarankan untuk melakukan delapan good life. Good life adalah kebaikan hidup yang terdiri dari beberapa dimensi. Hal ini sudah dicontohkan sebelumnya oleh kehidupan Rasulullah SAW.
Good Life
Good life berkenaan dengan amal soleh atau hayattun toyibatun. Good life terdiri dari delapan dimensi,yaitu:
Spiritual life. Kehidupan spiritual seseorang yang memiliki keimanan yang baik.
P
Business life. Usaha bisnis yang dilakukan Rasulullah SAW dahulu begitu cemerlang. Beliau adalah pengusaha yang amanah dan mumpuni. Business life ini dapat diartikan ranah seseorang yang memiliki bakat yang baik.
Family life. Rasulullah selalu bersama orang-orang terkasih selama hidupnya. Walaupun seorang yatim piatu sejak kecil, Beliau selalu mendapatkan figur ayah dan ibu dari orang sekotarnya. Oleh karena itu, dalam ranah family life seorang anak diharapkan memperoleh pendampingan ayah ibu sampai dengan usia lima belas tahun.
Intellectual life. Suka mempelajari sesuatu dan rajin belajar adalah ciri intellectual yang life yang baik.
Aesthetic life. Rasulullah SAW selalu santun dan lembut dalam bicara. Beliau pandai dalam merancang sajak yang baik. oleh karena itu, seorang anak sebaiknya mengenal bahasa kedua paling cepat usia di usia sepuluh tahun. Utamakan bahasa ibu hingga ia bisa mengarang dengan bahasanya sendiri.
Social life. Kehidupan sosial berhubungan dengan rasa percaya diri, kolaborasi, pandai menahan emosi.
Self acceptance dan self awareness ( 0-7 tahun)
Self confidence dan regulation (7-12 tahun)
Development (aqil baligh)
Health life. Dalam berbagai kisah, Rasulullah SAW selalu diceritakan memiliki tubuh yang sehat dan atletis. Hal itu disebabkan karena beliau memiliki pola tidur dan pola makan yang baik.
Growth life. Growth life berkenaan dengan kedewasaan seseorang. Dewasa dalam dimensi ini diartikan seseorang yang sudah mampu mengambil tanggung jawabnya. Idealnya, di usia lima belas tahun seseorang sudah memiliki komunitas dan misi hidup.
Kedewasaan ukurannya bisa take responsibility
Hal tersebut (good life) sudah dimiliki Rasulullah SAW sebelum menjadi nabi. Oleh karena itu semakin tua seseorang semakin berpacu, makin menuju misinya. Meninggalkan dunia karena tuntas menjalankan misinya (khusnul khotimah).
Jika kita belum menemukan misi hidup, sudahkan kita mencapai good life? Sudahkah delapan dimensi tersebut kita raih?.
Permasalahan yang kerap terjadi selama ini, yang selalu berkisar dan itu-itu saja bisa jadi karena salah satu atau banyak dimensi kehidupan yang belum tuntas. Jika belum tuntas bagaimana mungkin bisa misi hidup mendekati diri ini?
mission of life akan menjadi sesuatu yang sangat possible ketika kita baik dan membaik.
Bogor, 21 Desember 2019
Mama Dhiyaan dan Danish
Akhir tahun 2015, masih teringat kala itu aku mengikuti sebuah pelajaran penting. Sehari-sehari aku mengikutinya melalui sosial media. Status yang beliau pasang begitu nyata dan benar adanya. Ketika beliau mengadakan seminar di suatu Sekolah Dasar di bilangan Jakarta Barat, berangkatlah aku kesana. SD Bhakti YKKP, Kemanggisan menjadi lokasi pertama kalinya aku menimba ilmu dengan Ustad Harry Santosa. Beliaulah penggagas Fitrah Based Education atau lebih dikenal khalayak dengan FBE.
![]() |
| Bisa berguru langsung kepada gurunda adalah hal tak ternilai untukku. Maha Besar Allah yang telah mempertemukan kami semua. |
Akhir tahun 2019, aku kembali bertemu dengannya. Aku tidak lagi belajar bersama ratusan orang dengan bangku dan podium. Kami duduk sejajar, berlesehan dengan para sahabat. Kami hanya bertujuh, tidak lagi puluhan apalagi ratusan. Allah yang Maha Pemurah dan Penyayang mengizinkan kami untuk memetik langsung ilmu dari gurunda. Ilmu yang hari itu begitu bermanfaat. Sebuah pemanasan yang membuat kami berpikir keras tentang misi hidup kami. Sebuah mission impossible kah? Atau justru sebaliknya?.
1. Mission of Life
Mission of life atau misi hidup masih terdengar asing di telinga sebagian orang. Paham definisinya pun belum tentu akan dapat meraih misi hidup itu. Menurut Ustadz Harry Santosa, misi hidup adalah titik pertobatan (kembali) atau kesadaran yang spesifik yang diridai Allah. Misi hidup merupakan sebuah pergerakan diri untuk menyeru kebenaran dalam sebuah bidang kehidupan. Misi hidup berorientasi langit dan untuk umat.
Ustadz Harry pun melanjutkan, bahwa bakat dan misi hidup seseorang sudah termaktub jelas dalam salah satu ayat Al-Quran:
Katakanlah Muhammad, “Setiap orang berbuat dengan pembawaannya masing-masing.”. maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya. (Al Isra: 84)
Ayat tersebut menerangkan bahwa setiap orang sudah lahir dengan pembawaannya (bakat) masing-masing. Kompetensi (syaakila) telah Allah instal dalam diri hambaNya. Syaakila (kompetensi) merupakan kemampuan diri. Syaakila harus digunakan di sabila (jalan Allah).
Dengan demikian, ketika sadar akan kemampuan diri yang telah Allah anugerahkan selanjutnya tugas manusia adalah mendekatkan diri padaNya. Pendekatan dan pembersihan diri akan menyebabkan syaakila kita berada pada sabilaa.
2. Menemukan Mission of Life
Ketika kami menyimak penjelasan Ustadz Harry Santosa tentang pendahuluan mission of life, terjadi pemikiran yang berputar-putar. Apakah kami sudah menemukan misi hidup kami?. Jadi, kami ini diciptakan untuk apa dan siapa di bumi ini?. Terasa begitu sulit menemukan misi hidup yang dibahas sedari tadi. Apakah masih jauh jalan itu? Ataukah sudah dekat namun terhambat?
Sejenak kami merenungi segalanya. Probabilitas terlalu banyak. Namun pada intinya misi hidup akan datang dengan sendirinya ketika jiwa dan hati sudah bersih dari kejengkelan-kejengkelan kecil dan besar. Mission of life akan tiba saat cinta dan ketulusan diri lebih besar daripada hal-hal lain yang menyempitkan dada.
Beliau menyampaikan bahwa penemuan misi hidup pun terdapat dalam surat Al-Quran
Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung dan menyapihnya selama tiga puluh bulan, sehingga apabila dia (anak itu) telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun, dia berdoa, “ Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar kau dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridai; dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai ke anak cucuku. Sungguh aku bertobat kepada Engkau, dan sungguh aku termasuk orang muslim. (Al Ahqaf 15)
Surat tersebut menerangkan bahwa jika kita ingin meraih mission of life maka berbuat baiklah pada orang tua. Selesaikan segala permasalahan dengan orang tua bahkan mertua. Lepaskan hati dan jiwa dari segala ganjalan terhadapnya. Al Ahqaf ayat limabelas sekaligus menjadi doa agar seseorang diberi petunjuk untuk menemukan tujuan penciptannya.
Seseorang yang sudah menemukan misi hidupnya maka tugas selanjutnya adalah menyatukan kompetensi anggota keluarga. Syaakila masing-masing anggota keluarga tersebut yang nantinya akan membentuk misi keluarga. Misi keluarga akan begitu indah ketika perjuangan diri dilanjutkan oleh keturunan kita.
“Dan orang-orang yang beriman, dan anak-cucu mereka dengan keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka itu dengan mereka, dan Kami tidak mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap pribadi terikat dengan apa yang diperbuatnya,” (QS Ath Thuur: 21)
Oleh sebab itu bertemunya seseorang dengan misi hidupnya akan banyak mempengaruhi kualitas hidupnya. Termasuk di dalamnya membawa dampak bagi keluarganya. Semakin seseorang bertemu dengan misi hidupnya akan sejalan dengan ibadahnya. Misi hidup berbanding lurus dengan maintenance seseorang akan kedekatan terhadapNya.
Pada hakikatnya, ada tiga hal utama yang harus diperhatikan dalam proses menuju penemuan mission of life, yaitu:
- Berdoa agar diberi petunjuk (Al Ahqaf: 15)
- Berbuat baik pada orang tua
- Meninggalkan perbuatan dosa
3. Langkah Menuju Mission of Life
“ Ustadz, jika sudah berdoa dan minta diberi petunjuk, tidak memiliki ganjalan dengan orang tua lantas belum bertemu misi hidup saya lantas bagaimana?”, demikian pertanyaan dari seorang bunda. Pertanyaannya seolah mewakili isi hati kami.
Penyebab seseorang belum bertemu misi hidupnya tentu banyak sekali. Misi hidup layaknya bisikan-bisikan sampai ke telinga seseorang. Bisikan untuk menyeru kebenaran di agama Allah. Suara yang sayup-sayup namun jelas di hati orang yang Dia pilih. Jika belum bertemu jua, Ustadz Harry menyarankan untuk melakukan delapan good life. Good life adalah kebaikan hidup yang terdiri dari beberapa dimensi. Hal ini sudah dicontohkan sebelumnya oleh kehidupan Rasulullah SAW.
Good Life
Good life berkenaan dengan amal soleh atau hayattun toyibatun. Good life terdiri dari delapan dimensi,yaitu:
Spiritual life. Kehidupan spiritual seseorang yang memiliki keimanan yang baik.
P
Business life. Usaha bisnis yang dilakukan Rasulullah SAW dahulu begitu cemerlang. Beliau adalah pengusaha yang amanah dan mumpuni. Business life ini dapat diartikan ranah seseorang yang memiliki bakat yang baik.
Family life. Rasulullah selalu bersama orang-orang terkasih selama hidupnya. Walaupun seorang yatim piatu sejak kecil, Beliau selalu mendapatkan figur ayah dan ibu dari orang sekotarnya. Oleh karena itu, dalam ranah family life seorang anak diharapkan memperoleh pendampingan ayah ibu sampai dengan usia lima belas tahun.
Intellectual life. Suka mempelajari sesuatu dan rajin belajar adalah ciri intellectual yang life yang baik.
Aesthetic life. Rasulullah SAW selalu santun dan lembut dalam bicara. Beliau pandai dalam merancang sajak yang baik. oleh karena itu, seorang anak sebaiknya mengenal bahasa kedua paling cepat usia di usia sepuluh tahun. Utamakan bahasa ibu hingga ia bisa mengarang dengan bahasanya sendiri.
Social life. Kehidupan sosial berhubungan dengan rasa percaya diri, kolaborasi, pandai menahan emosi.
Self acceptance dan self awareness ( 0-7 tahun)
Self confidence dan regulation (7-12 tahun)
Development (aqil baligh)
Health life. Dalam berbagai kisah, Rasulullah SAW selalu diceritakan memiliki tubuh yang sehat dan atletis. Hal itu disebabkan karena beliau memiliki pola tidur dan pola makan yang baik.
Growth life. Growth life berkenaan dengan kedewasaan seseorang. Dewasa dalam dimensi ini diartikan seseorang yang sudah mampu mengambil tanggung jawabnya. Idealnya, di usia lima belas tahun seseorang sudah memiliki komunitas dan misi hidup.
Kedewasaan ukurannya bisa take responsibility
Hal tersebut (good life) sudah dimiliki Rasulullah SAW sebelum menjadi nabi. Oleh karena itu semakin tua seseorang semakin berpacu, makin menuju misinya. Meninggalkan dunia karena tuntas menjalankan misinya (khusnul khotimah).
Jika kita belum menemukan misi hidup, sudahkan kita mencapai good life? Sudahkah delapan dimensi tersebut kita raih?.
Permasalahan yang kerap terjadi selama ini, yang selalu berkisar dan itu-itu saja bisa jadi karena salah satu atau banyak dimensi kehidupan yang belum tuntas. Jika belum tuntas bagaimana mungkin bisa misi hidup mendekati diri ini?
mission of life akan menjadi sesuatu yang sangat possible ketika kita baik dan membaik.
Bogor, 21 Desember 2019
Mama Dhiyaan dan Danish


Komentar
Posting Komentar