Setiap hari kamis adalah waktu untuk anak-anak belajar bersama gurunda mereka. Jarak dari rumah kami ke lokasi sekitar 14 km. Jarak tempuh yang cukup jauh untuk tempat belajar balita seperti mereka. Si bungsu sedang demam, hari itu aku hanya bermotoran bersama si kakak. Di perjalanan kakak sangat riang. Ia sangat mendamba hari keempat ini. Bertemu hari keempat artinya bertemu kawan dan alam yang masih membentang.
Kedua anakku masih berusia di bawah enam tahun. Anak yang berada di usia tersebut memang sebaiknya diperbanyak belajar bersama alam. Alam banyak mengajarkan tentang kehidupan. Aroma dan kesegaran alam mampu menghidupkan panca indra anak-anak. Aku beruntung masih diperbolehkan Sang Pemilik Bumi untuk merasakan kesejukan alam dan kicauan burung di pagi hari.
Hari itu, putriku amat senang karena berhasil menangkap belalang. Biasanya, kegiatan yang diketuai oleh gurunda kami, Bunda Ika selalu berawal dari outdoor. Kami mengunjungi sawah di salah satu Kabupaten Bogor. Sawah tersebut berada di daerah lembah gunung kapur. Sawah di sana tentu saja maish gersang karena curah hujan yang demikian rendah. Namun anak-anak dan para bunda tetap dapat memanfaatkan sawah menjadi arena bermain dan area kelekatan.
Berawal dari menyusuri pematang sawah anak-anak dapat berlatih keseimbangan dan fokus indra penglihatan. Kegiatan yang sama pun berlanjut dengan berjalan di atas gelondongan kayu. Usai melatih keseimbangan, mereka bergegas ke bagian pinggir sawah mencari arena untuk main perosotan. Tentu saja bukan perosotan aneka warna yang biasa ditemukan di playground. Perosotan yang ini berasal dari gundukan tanah yang dapat dijadikan landasan sliding. Perosotan mewah (perosotan mepet sawah), demikian aku menyebutnya. Bermain perosotan mewah adalah favorit si sulung, apalagi jika media slidingnya berjarak tiga meter. Anakku yang satu itu, memang agak ekstrim cara bermainnya.
Sepulang dari sawah di kaki bukit kapur, kami menuju ke rumah belajar. Disana kami beristirahat dan memakan bekal milik masing-masing. Kakak memakan nasi dan ayam goreng ditambah sambal. Kegiatan hari itu rupanya membuat ia dipukul Sembilan pagi sudah sarapan kedua kalinya. Selepas istirahat, anak-anak kembali berolahraga kecil. Mereka ditugaskan untuk membuat mosaic dari origami dengan menempel sobekan kertas di gambar yang sudah mereka buat. Kegiatan menyobek dan menempel kertas ini melatih motorik halus. Menyobek kertas adalah kegiatan proprioseptif yang melibatkan anggota gerak atas. Menempel sobekan kertas juga termasuk aktivitas proprioseptif dan visual, yakni koordinasi antara mata dan anggota gerak atas. Jika sebagian anak ada yang menggunakan lem dengan colekan jari maka hal itu dapat melatih taktil (perabaan) mereka.
Kegiatan ditutup dengan kisah penjual daging yang menjadi sahabat nabi musa di surga. Kegiatan di kelas anakku ini selalu ditutup dengan indah melalui kisah budi pekerti yang dituturkan Bunda Ika. Pada bagian ini, seringkali aku yang banyak belajar ketimbang anak-anak. Inilah esensi dari sebuah pendidikan. Ketika anakmu belajar, maka kau juga ikut belajar. Ketika kau mendidik anakmu sendiri, maka kau juga belajar.
Kedua anakku masih berusia di bawah enam tahun. Anak yang berada di usia tersebut memang sebaiknya diperbanyak belajar bersama alam. Alam banyak mengajarkan tentang kehidupan. Aroma dan kesegaran alam mampu menghidupkan panca indra anak-anak. Aku beruntung masih diperbolehkan Sang Pemilik Bumi untuk merasakan kesejukan alam dan kicauan burung di pagi hari.
Hari itu, putriku amat senang karena berhasil menangkap belalang. Biasanya, kegiatan yang diketuai oleh gurunda kami, Bunda Ika selalu berawal dari outdoor. Kami mengunjungi sawah di salah satu Kabupaten Bogor. Sawah tersebut berada di daerah lembah gunung kapur. Sawah di sana tentu saja maish gersang karena curah hujan yang demikian rendah. Namun anak-anak dan para bunda tetap dapat memanfaatkan sawah menjadi arena bermain dan area kelekatan.
![]() |
| Menangkap anak belalang dan kakak berhasil memperoleh belalang hijau |
Berawal dari menyusuri pematang sawah anak-anak dapat berlatih keseimbangan dan fokus indra penglihatan. Kegiatan yang sama pun berlanjut dengan berjalan di atas gelondongan kayu. Usai melatih keseimbangan, mereka bergegas ke bagian pinggir sawah mencari arena untuk main perosotan. Tentu saja bukan perosotan aneka warna yang biasa ditemukan di playground. Perosotan yang ini berasal dari gundukan tanah yang dapat dijadikan landasan sliding. Perosotan mewah (perosotan mepet sawah), demikian aku menyebutnya. Bermain perosotan mewah adalah favorit si sulung, apalagi jika media slidingnya berjarak tiga meter. Anakku yang satu itu, memang agak ekstrim cara bermainnya.
![]() |
| Perosotan dari tanah yang berada di tepi sawah |
Sepulang dari sawah di kaki bukit kapur, kami menuju ke rumah belajar. Disana kami beristirahat dan memakan bekal milik masing-masing. Kakak memakan nasi dan ayam goreng ditambah sambal. Kegiatan hari itu rupanya membuat ia dipukul Sembilan pagi sudah sarapan kedua kalinya. Selepas istirahat, anak-anak kembali berolahraga kecil. Mereka ditugaskan untuk membuat mosaic dari origami dengan menempel sobekan kertas di gambar yang sudah mereka buat. Kegiatan menyobek dan menempel kertas ini melatih motorik halus. Menyobek kertas adalah kegiatan proprioseptif yang melibatkan anggota gerak atas. Menempel sobekan kertas juga termasuk aktivitas proprioseptif dan visual, yakni koordinasi antara mata dan anggota gerak atas. Jika sebagian anak ada yang menggunakan lem dengan colekan jari maka hal itu dapat melatih taktil (perabaan) mereka.
Kegiatan ditutup dengan kisah penjual daging yang menjadi sahabat nabi musa di surga. Kegiatan di kelas anakku ini selalu ditutup dengan indah melalui kisah budi pekerti yang dituturkan Bunda Ika. Pada bagian ini, seringkali aku yang banyak belajar ketimbang anak-anak. Inilah esensi dari sebuah pendidikan. Ketika anakmu belajar, maka kau juga ikut belajar. Ketika kau mendidik anakmu sendiri, maka kau juga belajar.


Komentar
Posting Komentar