Langsung ke konten utama

Orangtua Masa Depan

Seseorang yang memiliki pandangan hidup uang agak berbeda dari kebanyakan tentu akan menuai beberapa problem. Seperti aku, dimana orangtuaku selalu mempermasalahkan perihal anakku yang tidak mengambil jalur sekolah formal. Setiap aku mengunjungi ibu hanya berkutat seputar hal itu. Padahal terlalu banyak hal yang bisa diperbincangkan, yang pastinya tidak berujung pada perdebatan. Jika hal itu terjadi aku memilih diam dan menyibukkan diri dengan kedua anakku.

Sama halnya dengan kedua orangtua suamiku. Pendapat diantara mertua dan suami, lalu mertua dan aku kerap berbeda. Apapun posisinya, orangtua atau bukan, orang yang tegak ego nya pasti tetap akan mempertahankan pendapatnya. Sebagaimana dulu bapak mertuaku kesal dengan aku yang akan resign dari pekerjaanku, “Hari gini gak kerja, kalau sudah kayak raya sih gak papa!”.
Kalimat itu masih terngingang hingga kini. Namun aku sudah tidak merasa sakit lagi. Seseorang boleh saja memberikan argumennya. Tetapi aku diam saat bapak dan ibuku menyerangku dengan berbagai argumen yang intinya tidak menyukai keputusanku. Aku? Tidak terlalu banyak bicara tapi tetap pada keputusanku. Aku takut, saat sedang kesal aku malah bisa mengeluarkan kata-kata yang tidak mengenakkan hati orangtua kami. Saat marah, lebih baik diam.

Diam memang belum tentu emas. Namun diam saat berhadapan pada orangtua saat kita tidak ditanyaitu bisa menjadi pilihan terbaik. Ketika sedang marah, aku melatih untuk menyadari ritme bernapas. Ritme yang lebih cepat saat berhadapan dengan orang lain pertanda tidak baik. Aku berusaha atur agar ritmenya kembali ke kecepatan normal. Ternyata benar, aku hanya perlu mencari jeda waktu sepersekian detik untuk mengatur irama bernapas.

Pengaturan ritme bernapas ini penting dilakukan di segala hal. Saat berhadapan dengan siapapun hati, pikiran, dan pernapasan harus saling berkoordinasi. Atur sedemikian rupa agar tidak ada hati yang tersakiti. Kalimat istighfar paling ampuh untuk mengatur irama menghirup udara yang cepat itu. Aku pun masih sangat berlatih manajemen bernapas. Aku tidak ingin menyakiti hati orang terdekat disekitarku.

Namun begitu, besar perhatianku terhadap orangtua. Secara naluri,orangtua kita lah yang merasa paling berandiil besar dalam kehidupan kita. Wajar saja jika nasehat demi nasehat selalu diluncurkan. Terkadang memang nasehat itu tidak sesuai dengan diri ini. Terkadang nasehat pun berbeda tipis dengan keinginan orangtua yang dahulu belum selesai lantas dilimpahkan secara tidak langsung ke diri anak-anaknya. Tapi tetap saja, bicara baik dengan mereka adalah kewajiban. Merangkai kalimat halus nan baik di depan orangtua  adalah  keniscayaan. Berlatihlah untuk bicara lembut karena suatu hari nanti kita akan menua. Kita akan menjadi orangtua di masa depan.

Orang muda yang menjadi tua berubah pula perasaannya. Perasaan orangtua yang renta itu amat halus, salah ucap sedikit akan menjadi kesedihan. Sebalinya, bahagia sedikit saja akan menjadi embun segar di tengah hari bolong baginya. Belum terlambat untuk bicara lembut dan berlaku santun terhadap ayah dan bunda kita. Terlambat itu, saat kita berniat menjadi baik ketika mereka sudah menjadi penduduk surga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengapa Anak-Anak Sulit Membedakan Kanan dan Kiri?

Kanan, kiri kulihat saja  Banyak pohon cemaraaa…aaa Kanan kiri, kulihat saja Banyak pohon cemaraaaa… Siapa yang tidak mengenal lagu tersebut. Ayah dan bunda pasti pernah menyanyikannya waktu kecil. unsplash.com Lalu sekarang menyanyikannya bersama ananda tercinta. Tapiiii…. Kalo tiba-tiba mereka bertanya,  “Bunda, sebelah kanan yang mana sih?” Nah lho, udah nyanyi enak-enak, ternyata mereka belum bisa membedakan mana bagian kanan dan kiri.  ***** Hal inilah yang sering dirasakan sebagian orang tua.  Hal ini seringkali tidak disadari, walaupun mereka makan dan menerima benda menggunakan tangan kanan, dan istinja dengan menggunakan tangan kiri. Ketika menerima perintah, "Kakak tolong ambilkan bawang merah di kotak sebelah kanan botol minyak." Bagi anak yang belum paham, akan sejenak berpikir dan mencari bagian yang dimaksud bunda. Bagi ananda yang sama sekali kebingungan, akan terus celingukan mencari mana kanan dan kiri. Hal ini dinamakan left and right...

After School Doctor, Serial Jepang Unik, Hangat dan Penuh Empati (Sebuah Review)

www.imdb.com Judul Film (Serial): After School Doctor Sutradara: Yuma Suzuki, Kentaro Nishioka Penulis: Mayu Hinase (manga), Kayo Hikawa Tahun rilis: 2024 Episode : 10 Genre: Drama (medis dan sekolah)  Pemeran: Kouhei Matsushita (dr. Makino), Aoi Morikawa (Ibu guru Shinoya), Horan Chiaki (Ibu Guru Yoshino), dll Platform: Netflix Manga Houkago Karute  After School Doctor adalah series yang berasal dari negeri sakura. Series ini berasal dari manga yang berjudul Houkago Karute yang ditulis oleh Mayu Hinase. Cerita ini diawali dengan dokter Makino, seorang dokter anak yang dipindah tugaskan ke sebuah Sekolah Dasar. Ia menjadi dokter penanggung jawab di Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).  Dokter Makino dipindahkan karena beberapa masalah pribadi yang terjadi di sana. Ia terkenal dengan dokter anak yang keras, dingin dan selalu bicara apa adanya. Karakternya pun tidak banyak berubah ketika bertugas di UKS. Dokter Makino memiliki kemampuan analisis dan observasi yang taj...

PJB 5, Komik Islami yang Bergizi dan Renyah

Judul buku: Pengen Jadi Baik (5) Nama pengarang buku: Squ Tahun terbit buku:2019 Penerbit: Wak Up Early Ketebalan buku: v+155 halaman Harga: Rp 50.000 “Angel investor yang kumaksud disini adalah orang baik yang mau memberi pinjaman kepada kita tanpa mengharapkan tambahan apapun, tanpa bunga, tanpa balas jasa, tanpa ambil untung apapun,. Hanya murni menolong, ikhlas, Lillahi Ta’ala.” (Pengen Jadi Baik, halaman 32) Potongan isi tersebut ada di dalam seri ke-5 dari Pengen Jadi Baik. Seperti seri sebelumnya, Pengen Jadi Baik tetap menjadikan abah, Mama K, dan Kevin sebagai tokoh utamanya. Komik ini mudah diterima seluruh kalangan. Bahasa yang mudah dipahami dan adanya tokoh Kevin yang selalu diceritakan di tiap jenjang usianya ikut meringankan cerita ini. Berbeda dari seri sebelumnya, yakni PJB 4, membaca PJB 5 seperti kembali membaca tiga seri sebelumnya. Pada PJB 4 hampir 50% nya menceritakan seputar ibadah haji yang keluarga Abah laksanakan. PJB 5 kembali menceritakan keseh...