Berkali-kali Desta merapikan rumahnya, tapi kembali semrawut lagi. Alasannya ia memiliki balita yang sedang aktif-aktifnya hingga sulit memiliki berbenah time. Jalan pintasnya bisa saja ia mencari ART agar meringankan pekerjaannya. Tentu saja hal tersebut sudah Desta lakukan. ART yang pagi datang lalu sore pulang, tidak akan bisa menyulap rumah Desta menjadi kinclong nan rapi.
Kasus Desta ini sering dialami ibu muda atau pasangan yang baru menikah. Manajemen berbenah yang kurang memadai bisa menjadi salah satu penyebabnya. Tentu kita tidak bisa selalu mengandalkan ART dalam hal kerapian rumah. Bisakah kita melakukan sendiri? Tentu saja bisa selama tubuh ini masih diberikan kesehatan.
Lalu apa yang harus dilakukan pertama kali untuk merapikan rumah?
Jika sudah berkali-kali dirapikan namun begitu mudah berantakan, kemungkinan ada tiga hal utama penyebabnya:
Segera cari pangkal penyebab rumah berantakan. Kehadiran anak kecil tidak bisa dijadikan alasan utama. Sebab, seorang anak biasanya mengikuti habit kedua orangtuanya. Orangtuanya rapi, maka si anak kemungkinan akan berbuat demikian walaupun belum konsisten.
Jika sudah ketemu penyebab utama maka perlahan coba diatasi. Misalnya saja, setelah dianalisis rumah desta terlihat berantakan karena tersebar mainan diseantero rumah. Seringkali perempuan 27 tahun itu menginjak lego di kamar tidurnya sendiri. Mengapa tersebar? Karena mainan tersebut tidak memiliki rumah. Sediakan wadah bagi lego tersebut dan jangan dicampur dengan mainan lain. Balita akan kesulitan merapikannya jika dalam satu wadah terdapat dua jenis mainan, seperti lego dicampur boneka action figure miniature. Jika sudah terorganisir, maka jangan lupa untuk menemani dan beri contoh saat mereka merapikan mainan
Kasus lain lagi pada Wulandari (40 tahun) yang kamar tidurnya terlihat tidak sedap pandang. Di sekitar kamarnya terlalu banyak lemari. Ukuran kamar 4x4 m memiliki satu buah spring bed, lemari besar 3 pintu, drawer, dan televisi yang menempel di dinding. Rencananya ia akan menambah lagi lemari di sudut kamar. Padahal, menurut konsep minimalis kamar tidur sebaiknya terdiri dari tempat tidur dan berbagai alat tidur lainnya. Jika harus ada lemari sebaiknya tidak memenuhi ruangan agar sirkulasi dan kebersihan bisa terjaga.
Setelah ditelusuri, lemari yang terlalu besar di kamar Wulandari adalah karena begitu banyaknya pakaian dan tas. Wulandari hobi berbelanja produk fashion hingga ia kerepotan meletakkan barang-barangnya dimana. Bukan mengurangi jumlahnya, Wulandari justru memilih menambah perabot dirumahnya. Itu artinya, rumah semakin sesak dan habit berbelanja pun sulit dihilangkan. Tentu sebagian orang tidak masalah dengan menambah perabotan dan segala barang asalkan memiliki rumah yang luas. Namun pertanyaannya, benarkah seluruh pakaiannya dipakai? Apakah koleksi tas dan sepatu nya sering ia gunakan? Hanya jadi koleksikah? Atau hanya karena hobi shoppingkah?
Harus di refleksi kembali bahwa segala yang kita miliki nantinya akan dihisab termasuk barang atas kepemilikan diri sendiri.
Oleh karena itu, jika rumah kerap berantakan maka perlu diperhatikan penyebab utamanya. Jika sudah dapat maka coba mencari solusinya. Tanyakan kembali pada diri sendiri apa yang menjadi masalahnya.
“ Kebiasaan berantakan sejatinya adalah reflex instingtif untuk mengalihkan perhatian kita dari pokok permasalahan supaya kita tidak perlu menghadapinya” (Marie Kondo halaman 13 dalam buku The Life Changing Magic of Tidying Up).
Kasus Desta ini sering dialami ibu muda atau pasangan yang baru menikah. Manajemen berbenah yang kurang memadai bisa menjadi salah satu penyebabnya. Tentu kita tidak bisa selalu mengandalkan ART dalam hal kerapian rumah. Bisakah kita melakukan sendiri? Tentu saja bisa selama tubuh ini masih diberikan kesehatan.
Lalu apa yang harus dilakukan pertama kali untuk merapikan rumah?
Jika sudah berkali-kali dirapikan namun begitu mudah berantakan, kemungkinan ada tiga hal utama penyebabnya:
- Jumlah barang yang terlalu banyak
- Barang yang tidak memiliki rumah
- Tidak segera mengembalikan barang ke tempatnya usai digunakan
Segera cari pangkal penyebab rumah berantakan. Kehadiran anak kecil tidak bisa dijadikan alasan utama. Sebab, seorang anak biasanya mengikuti habit kedua orangtuanya. Orangtuanya rapi, maka si anak kemungkinan akan berbuat demikian walaupun belum konsisten.
Jika sudah ketemu penyebab utama maka perlahan coba diatasi. Misalnya saja, setelah dianalisis rumah desta terlihat berantakan karena tersebar mainan diseantero rumah. Seringkali perempuan 27 tahun itu menginjak lego di kamar tidurnya sendiri. Mengapa tersebar? Karena mainan tersebut tidak memiliki rumah. Sediakan wadah bagi lego tersebut dan jangan dicampur dengan mainan lain. Balita akan kesulitan merapikannya jika dalam satu wadah terdapat dua jenis mainan, seperti lego dicampur boneka action figure miniature. Jika sudah terorganisir, maka jangan lupa untuk menemani dan beri contoh saat mereka merapikan mainan
Kasus lain lagi pada Wulandari (40 tahun) yang kamar tidurnya terlihat tidak sedap pandang. Di sekitar kamarnya terlalu banyak lemari. Ukuran kamar 4x4 m memiliki satu buah spring bed, lemari besar 3 pintu, drawer, dan televisi yang menempel di dinding. Rencananya ia akan menambah lagi lemari di sudut kamar. Padahal, menurut konsep minimalis kamar tidur sebaiknya terdiri dari tempat tidur dan berbagai alat tidur lainnya. Jika harus ada lemari sebaiknya tidak memenuhi ruangan agar sirkulasi dan kebersihan bisa terjaga.
Setelah ditelusuri, lemari yang terlalu besar di kamar Wulandari adalah karena begitu banyaknya pakaian dan tas. Wulandari hobi berbelanja produk fashion hingga ia kerepotan meletakkan barang-barangnya dimana. Bukan mengurangi jumlahnya, Wulandari justru memilih menambah perabot dirumahnya. Itu artinya, rumah semakin sesak dan habit berbelanja pun sulit dihilangkan. Tentu sebagian orang tidak masalah dengan menambah perabotan dan segala barang asalkan memiliki rumah yang luas. Namun pertanyaannya, benarkah seluruh pakaiannya dipakai? Apakah koleksi tas dan sepatu nya sering ia gunakan? Hanya jadi koleksikah? Atau hanya karena hobi shoppingkah?
Harus di refleksi kembali bahwa segala yang kita miliki nantinya akan dihisab termasuk barang atas kepemilikan diri sendiri.
Oleh karena itu, jika rumah kerap berantakan maka perlu diperhatikan penyebab utamanya. Jika sudah dapat maka coba mencari solusinya. Tanyakan kembali pada diri sendiri apa yang menjadi masalahnya.
“ Kebiasaan berantakan sejatinya adalah reflex instingtif untuk mengalihkan perhatian kita dari pokok permasalahan supaya kita tidak perlu menghadapinya” (Marie Kondo halaman 13 dalam buku The Life Changing Magic of Tidying Up).
Komentar
Posting Komentar