Setiap orang sebenarnya sudah mengenal baik dirinya sendiri. Hanya terkadang perspektif orang lain dan rasa tidak percaya diri yang membuat seseorang menjauh dari peran kehidupannya. Seperti aku yang sangat senang menulis dan mendidik, entah kenapa diajak berkeliling dahulu untuk menemukan sapa sebenarnya kesukaanku. Aku sangat tidak suka berdagang, karena kegiatan itu harus melakukan offering ke banyak orang dan itu gak aku banget.
Namun takdir berkata lain, aku dinikahi oleh seorang tukang dagang sejati. Enterpreunership pada dirinya kental sekali. Segala barang ataupun jasa tidak luput dari bagaimana ia dapat memperoleh income. Termasuk saat ia yang senang sekali minum susu. Kesukaannya minum susu dan mendatangi kedai susu segar pada akhirnya membuatnya membangun bisnis susu segar.
Cerita berawal dari tahun 2010 saat kami belum menikah. Ia mengajakku ke kedai susu pinggiran dan beberapa kafe daerah Jakarta Timur dan Depok. Saat itu belum terlalu banyak kedai minuman yang menyajikan menu susu sapi aneka rasa. Beliau menyicipi dan mengamati cara pembuatan dari satu kedai ke kedai lainnya. Sesampainya di rumah beliau mengeksekusi beberapa racikannya hingga ketemu rasa yang layak dikonsumsi orang lain.
![]() |
| Tahun 2011, ketika kami pertama kalinya membangun stand di daerah GDC Depok |
Di tahun berikutnya, ia akhirnya membuka kedai susu keliling di salah satu pasar pagi di bilangan Depok. Selain itu beliau menjualnya di sekolah tempat ia mengajar. Jadilah saat itu aku dinikahi pengusaha rumahan Bakul Susu. Akupun saat itu ikut membantunya berjualan. Sebagian produk susu aku jual pula ke beberapa murid dan kenalanku. Jujur saja, omset kami meningkat pesat saat itu. Namun ketika ada orang bertanya punya siapa susu itu? Aku selelalu menjawab, “ ini dagangan suamiku”. Entahlah, selalu ada rasa enggan mengakui bahwa ketika aku mendagangkan susu berarti aku adalah seller nya.
![]() |
| Tugas utamaku sekarang adalah mengatur dan membuat iklan di akun utama bakul susu. |
Aku tidak suka menjaga stand. Hal itulah yang sering aku katakana padanya. Menjaga stand di berbagai event membuatku bosan, rasanya amat membuang waktu. Berbeda dengan dirinya yang terlalu menikmati saat berpromosi ria dengan calon customer. Harus kuakui aku lebih suka berada di balik layar. Aku lebih suka membuat copywriting, lalu kuposting di Instagram dan media sosial lainnya. Aku lebih suka membuat kata-kata agar produknya laris ketimbang berhadapan dengan orang lain yang tidak aku kenal.
Tentu saja hal ini tidak bisa dipaksakan. Aku sadar ketika menikah kita harus pandai berkolaborasi. Jika berjalan sendiri-sendiri buat apa menikah?. Laki-laki dan perempuan yang sudah mengikat janji suci di catatan langit harus menuju jalan yang sama, demikian dengan kami.
Seperti pak Habibie bilang, "Bahwa cinta memandang keluar bersama, ke arah yang sama."
Aku mencoba jujur dengan suamiku bahwa aku tidak suka direct selling. Aku kembali menyusun kalimat manis di sosial media. Kalimat iklan yang aku buat itu, tidak disangka-sangka menarik minat pembeli. Ternyata kami berhasil kolaborasi.
Tahun 2018 pertama kalinya Bakul Susu mendapat tawaran untuk mengadakan workshop cara mengolah susu segar. Acara ini diadakan untuk anak pra aqil baligh. Masyaa Allah, memang Allah baik sekali, mengabulkan salah satu permohonanku. Aku mendambakan menjadi pendidik di rumah sendiri. Saat itu, walaupun hanya sekedar berbagi ilmu tetntang memasak susu, rasannya senang sekali. Aku harus memastikan mereka memasak dengan baik, meracik hingga melabeli dengan merek. Tujuannya agar anak-anak berlatih kemandirian dan keterampilan. Tentu saja mereka senang karena dapat membuat susu segar olahan sendiri. Akupun senang karena mencapai kolaborasi kedua.
Waktu yang kami dapat capai hingga memperoleh titik kolaborasi maksimal cukup lama. Hampir 7 tahun menikah barulah menemukan bagaimana cara memadukan kekuatan kami. Akhirnya kami menyadari ketika bersama, bukan hanya fisik dan jiwa saja yang melebur. Bukan juga keluarga dan finansial saja yang bergabung. Bakat dan kemampuan juga harus bergabung, dan kemampuan kami menyatu berhasil melalui usaha rumahan, Bakul Susu. Bakul susu adalah sebuah usaha yang awalnya hanya untuk pendukung finansial. Namun sekarang usaha bersama sudah berhasil meng out in apa yang ada diri kami.
![]() |
| Workshop pertama kali nya bakul susu dirumahku sendiri |
Tahun 2018 pertama kalinya Bakul Susu mendapat tawaran untuk mengadakan workshop cara mengolah susu segar. Acara ini diadakan untuk anak pra aqil baligh. Masyaa Allah, memang Allah baik sekali, mengabulkan salah satu permohonanku. Aku mendambakan menjadi pendidik di rumah sendiri. Saat itu, walaupun hanya sekedar berbagi ilmu tetntang memasak susu, rasannya senang sekali. Aku harus memastikan mereka memasak dengan baik, meracik hingga melabeli dengan merek. Tujuannya agar anak-anak berlatih kemandirian dan keterampilan. Tentu saja mereka senang karena dapat membuat susu segar olahan sendiri. Akupun senang karena mencapai kolaborasi kedua.
Waktu yang kami dapat capai hingga memperoleh titik kolaborasi maksimal cukup lama. Hampir 7 tahun menikah barulah menemukan bagaimana cara memadukan kekuatan kami. Akhirnya kami menyadari ketika bersama, bukan hanya fisik dan jiwa saja yang melebur. Bukan juga keluarga dan finansial saja yang bergabung. Bakat dan kemampuan juga harus bergabung, dan kemampuan kami menyatu berhasil melalui usaha rumahan, Bakul Susu. Bakul susu adalah sebuah usaha yang awalnya hanya untuk pendukung finansial. Namun sekarang usaha bersama sudah berhasil meng out in apa yang ada diri kami.



Komentar
Posting Komentar