Dilarang Sesal
Manusia tidak pernah punya cukup segudang alasan logis untuk menjawabnya. Catatan langit tidak pernah salah. Jika ada yang menyesal dengan pilihannnya sudah dipastikan bahwa ia kurang lebih menentang takdir. Sudah sepatutnya kita mengimani rukun iman ke-6. Iman kepada ketetapan langit. Jadi, kalau ia sudah ada disampingmu sekarang, percayalah ia adalah jodoh terbaik sepanjang zaman. Jika kamu belum menemukan orang itu, maka memang belum waktunya. Tunggu saja, hari itu akan datang. Kamu hanya perlu membaikkan diri dan memantaskan diri di hadapanNya agar dikirimkan sosok terelok di suatu hari.
Aku pun pernah merasakan penyesalan itu. Sudah lepas ingatanku tentang beriman kepada cerita langit. Aku terus saja meratapi mengapa aku harus bersamanya, mengapa tidak bersama yang lain?. Ketika Lelah, aku ambil cermin tengah malamku, ternyata aku pun tidak sempurna sangat wajar jika orang lain membuat kesalahan. Aku menyadari bahwa ada kalanya tidak bisa kita tumbuh baik bersama. Bagaimana kalau tumbuh baik secara soliter?, duluan saja baiknya, barangkali kebaikan itu menular, barangkali ada momen dimana kami bisa menjadi membaikkan diri bersama. Nothing is impossible.
Penyesalan berbanding terbalik dengan rasa syukur. Semakin banyak sesal, maka makin berkurang perasaan syukur yang dimiliki. Padahal bersyukur adalah satu-satunya cara bagi bertambahnya nikmat Tuhan. Perasaan sedih dan terluka jika kita bersyukur maka akan terasa bagi sebuah kenikmatan. Melalui syukur, seseorang bisa melihat perspektif lain yang penuh hikmah. Kesedihan dan kemalangan akan menjadi suatu yang positif jika kita memandangnya dengan penuh syukur. Jiwa-jiwa yang lebih lapang biasanya hanya dimiliki oleh para wanita. Tidak heran, jika terluka seorang wanita hanya tersedu di hari pertama dan kedua. Selanjutnya, ia bisa dengan mudah melepaskan. Mengapa? Karena perempuan dianugerahkan jiwa yang lapang.
Sejak hari dimana aku diminta untuk kembali mengingat pelajaran SD tentang rukun iman, maka derajat penyesalanku pun berangsur menurun. Hidup rasanya lebih ringan dan tenang. Penyesalan tidak boleh diratapi sekecil apapun. Sebab kaita bukan sutradara dan penulis skenario utama. Menyesali sama saja mengingkari. Mengingkari berarti berbohong dan tidak percaya pada kehendakNya. Jika tidak percaya kepada Sang Maha Pencipta, kepada siapa lagi kamu mau percaya?

Komentar
Posting Komentar