Anak-anak homeschooler lebih banyak menghabiskan waktu bersama orangtua mereka. Seperti yang kami pelajari , dalam Fitrah Based Education (FBE) bahwa anak-anak dibawah usia tujuh tahun dilekatkan bersama ayah dan ibunya. Hal itulah yang sedang kami terapkan. Jika figure ayah atai ibu tidak ada, menurut Ustadz Harry Santosa, ananda usia dini bisa didekatkan pada seseorang yang dapat menjadi figure ayah atau ibu. Figure ayah bisa paman atau kakek dari anak tersebut. Figure ibu bisa nenek, bibi bahkan pengasuh dari seorang anak.
Kami menerapkan FBE dalam keseharian. Pada intinya FBE atau Pendidikan berbasis fitrah adalah Pendidikan yang memfokuskan diri pada pertumbuhan fitrah ananda. Orangtua berusaha membantu inside out dalam diri anak. Orangtua tidak menggegas ananda, namun membantu mengeluarkan potensi yang ada pada ananda. Sebagai contoh, kami tidak pernah mengajarkan calistung secara langsung pada anak-anak karena kapasitas mereka belum bisa berpikir konkrit. Kami hanya memberikan stimulus persiapan untuk calistung. Seperti membacakan cerita agar mencintai buku dan suka membaca. Dalma hal berhitung membantu menghitung telur yang baru saja dibeli atau bermain petak umpet sambil berhitung.
Hari jumat kami membantu menggali potensi anak-anak dalam hal jasmani. Biasanya ayah mengajak mereka jalan-jalan sekedar lari pagi atau bersepeda. Kegiatan ini selain melatih jasmani mereka, tentunya akan membangun kelekatan dengan sang ayah. Anak-anak akan merasa semakin dekat dengan ayah. Bahkan lebih dari itu, suatu hari nanti akan teringat jelas dalam kenangan mereka kala dewasa bahwa ayah lah yang mengajariku dan mengajakku bersepeda.
Begitupun dengan sabtu, masih hari yang sama untuk berolahraga. Waktu anak-anak bersama ibu tentu lebih banyak. Aku focus membersamai mereka di hari senin hingga kamis. Jumat dan sabtu adalah hari ayah. Ahad kami silaturahim kerumah nenek mereka. Sejatinya, homeschooling berpedoman oada Pendidikan rumah. Bukan pembelajaran yang dipindahkan kerumah.
Bepergian kerumah nenek atau ketempat wisata dapat dijadikan pembelajaran. Sekecil apapun pengalaman mereka, bagi kami para homeschooler adalah Pendidikan tak bernilai.
“ Kakak ngebut waktu sepedahan buk!”, lapor si bungsu suatu hari pulang bersepeda
Dalam bersepeda pun anak-anak harus mengikuti instruksi. Ayah mereka menerapkan sistem tracking on the road, artinya mereka harus berjalan sesuai jalan yang sudah diperintahkan. Mereka tidak boleh berbalapan satu sama lain, karena ini bukan lomba balap sepeda. Saat kegiatan berlangsung, tentu terlihat siapa yang memahami instruksi siapa yang tidak paham. Kedua, akan terlihat pula siapa yang menyenangi kompetisi siapa pula yang harmoni.
Pendidikan di luar rumah tentu sangat lah boleh. Namun ayah bunda tidak boleh lupa bahwa dalam hati dan jiwa mereka yang akan tertanam lekat adalah Pendidikan yang diajarkan orangtua mereka. Karena ayah dan bunda adalah guru terbaik sepanjang zaman.

Komentar
Posting Komentar