Pernah berkunjung ke TBM (Taman Bacaan Masyarakat)?. Dulu waktu kecil suka sekali ke perpustakaan dekat rumah. Sekarang, aku mencoba sendiri membangunnya. Rumah baca sebagaimana halnya taman bacaan adalah wadah Pendidikan non formal yang berlokasi di rumah pribadi. Aku memanfaatkan halaman rumah yang beralas tikar sebagai tempat berkegiatan.
Pada saat berdiri tahun 2018, seluruh buku adalah koleksi pribadiku. Selang beberapa bulan berjalan, banyak beberapa rekan yang akhirnya mendonasikan buku mereka. Namun tentu saja sebagai pengelola, aku harus menyeleksi buku bacaan yang didonasikan. Buku yang biasanya aku terima adalah buku anak dan parenting.
Rumah Baca Dhiyaan
Berdasarkan UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 26 ayat 4 disebutkan bahwa satuan Pendidikan Non Formal terdiri atas tempat kursus, Lembaga pelatihan kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim, serta satuan Pendidikan yang sejenis. Rumah baca tergolong dalam pusat kegiatan belajar masyarakat.
Ketika kembali pada masa kecil dulu, perpustakaan hanyalah sebagai tempat peminjaman buku. Maka saat ini rumah baca sebagai sumber Pendidikan non formal juga menyediakan informasi seputar isi buku dan bagaimana untuk menumbuhkan minat baca.
![]() |
| Logo Rumah baca binaan keluarga kami |
Aku membangun rumah baca yang diberi nama ‘Rumah Baca Dhiyaan’. Tempat ini dikhususkan bagi anak-anak usia 3-12 tahun. Menarik minat baca tentu tidak mudah, apalagi untuk anak-anak. Karena itu, aku membiasakan mereka dulu untuk familiar dengan buku. Lalu kemudian penasaran dengan isi buku, dan pada akhirnya mereka cinta dengan buku. Sebab Pendidikan bukan seberapa banyak kita menjejalkan. Tapi seberapa besar ketika bisa memantik mereka, lalu tumbuhlah tunas-tunas yang merekah menjadi tumbuhan yang bermanfaat.
Rumah baca kami tidak setiap hari buka. Jam operasional hanya ketika akhir pekan. Jika hanya membaca diperkenankan setiap hari, terutama sore. Pengelola hanya aku, suami, dan anak-anak. Karena itu biasanya rumah kami hanya ramai di akhir pekan.
Kegiatan Di Rumah Baca Dhiyaan
Jika dulu moms ke perpustakaan hanya membaca, meminjam buku lalu pulang,maka sekarang tidaklah demikian. Rumah baca pada umumnya selain mendekatkan anak pada buku, juga melakukan pembinaan dan sumber informasi kepada masyarakat. Jadi biasanya, aku mengadakan kegiatan mendongeng di awal kegiatan, lalu dilanjutkan dengan kegiatan crafting untuk melatih motoric halus.
![]() |
| Fun cooking bersama anak anak sekitar membuat nasi kuning sendiri |
![]() |
| Crafting, membuat kerajinan bangku dari botol plastik bekas yang sudah dibuat ecobrick sebelumnya. |
Terkadang kami mengadakan fun cooking yang menjadi favorit anak-anak. Terakhir kami melakukan jelajah alam, yaitu mengelilingi alam sekitar (lingkungan rumah) khusus untuk anak-anak usia dini. Insyaa Allah dengan kegiatan yang semenarik ini, akan menarik minat anak-anak dalam membaca dan belajar.
Gimana moms, tertarik untuk membangun rumah baca?
Kalau moms tertarik untuk membuatnya, aku ada beberapa tips sebelum membangun rumah baca.
- Memiliki niat dan tujuan khusus. Misal aku membuat rumah baca karena gelisah dengan kegiatan anak sekitar yang lebih memilih gadget ketimbang main di luar. Rumah baca yang kami bangun berbasis permainan. Artinya selain membaca, disini anak juga bebas bermain.
- Rumah baca tidak terpaut pada jumlah buku, tapi lebih pada kegiatan. Jadi moms harus membuat dahulu rencana kegiatan apa yang kira-kira akan diselenggarakan nanti untuk anak-anak. Kenyataannya sambal berjalan nanti, jumlah buku akan terus bertambah.
- Menyiapkan hati dan mental karena rumah kita sudah pasti akan ramai dan berantakan. Belum lagi ada mainan yang mungkin akan hilang atau rusak.
- Meminta dukungan pada kekuarga, terutama suami dan anak-anak. Dirikan wadah ini saat seisi rumah mendukung kita. Jika belum sepakat, sebaiknya moms bersabar dulu. Hal baik tentunya akan menular.
- Meminta saran atau bergabung dengan komunitas TBM agar tahu hal-hal apa saja yang harus dipersiapkan, dalam hal ini adalah sarana dan prasarana. Seperti rak buku, alas duduk dan rak sandal juga harus dipikirkan sebelum mendirikan.
![]() |
| Rak buku ini hasil buatan suamiku, tidak mahal. Cukup untuk menampung buku kami. |
Pada intinya membangun sarana Pendidikan seperti ini adalah bentuk kepedulian terhadap anak kita dan anak-anak sekitar. Sebagaimana kata orang bijak, ‘it takes a villages to raise a child’. Kalimat itu artinya butuh orang sekampung untuk membesarkan anak. Apabila lingkungan tempat tinggal kita baik, karena anak-anaknya juga baik maka Insyaa Allah anak kita pun akan menjadi baik. Mendidik anak tidak tidak bisa sendiri, harus Bersama-sama.
****************
Penulis adalah mantan guru konvensional yang pada akhirnya bisa memiliki kelas di rumahnya sendiri. Semoga Allah turut memudahkan urusan kita semua. Aamiin.




Hallo mbak salam kenal yaa..
BalasHapusSangat bagus mbak tipsnya, karena memang saya dan suami berniat untuk mendirikan TBM tapi masih tahap nol banget mbak, membaca tulisannya menjadi termotivasi untuk segera membuat. Saya kan di rumah buka bimbel, banyak anak anak yang datang kerumah, suami juga seorang pustakawan, lalu kita berdua mempunyai ide "buka perpus gimana" biar anak anak itu gak main hp terus, setidak nya mau pegang buku..
Semoga saya segera mendirikannya mbak, karena kami masih tahap mencari donasi buku.. ❤❤❤
Ayokkk semangat mbak😎
HapusApalagi udah punya pasukan siswa2 bimbel,.makin mudah deh mengajak kebaikan 😁
Aku tinggal di cilengsi bogor,.kalo mbak.domisili jabodebek bs nanti aku donasi sebagian buku ku 🤗
Iya mbak... semangat membaca dan kurangi gadget.. 🥰🥰🥰
HapusAku domisili di Magelang, Jateng Mbak.. jauh sekali... 😁
👍👍kereen
BalasHapusKakak juga keren sudah mau baca
BalasHapusSama2 belajar ya.
Salam kenal 🤗
Keren banget mbak. Dulu aku Punya cita2 begini.. tapi belum ikhlas buku diacak-acak.. wkwk.
BalasHapusHihihi... Emang anak2 itu heboh banget. Tapi awalnya aja, lama kelamaan bs dikondisikan
HapusAjak anak sendiri aj mb buat bikin dan rapiin perpus. Baru ajak2 temen mainnya 😁