19 Ramadhan 1418 H
Morning momsss!!! :)
Tahun ini kakak akan berusia 4 tahun.
Sudah pasti di sekitar kami banyak sekali pertanyaan,
SUDAH SEKOLAH BELUM DHIYAAN ?
Hal itu sudah sewajarnya ditanyakan, karena usia 4 tahun
adalah usia prasekolah.
Apa artinya?
Usia dimana anak sudah dipersiapkan untuk sekolah.
Bukan usia dimana anak sudah harus disekolahkan (dini).
ITU BAGI SAYA.
Kebanyakan saat ini, jika usia sudah mencapai 3 tahun
maka anak disekolahkan di lembaga membaca menulis berhitung atau lembaga anak
usia dini yang juga mengajarkan membaca menulis dan berhitung.
Apa salah??
Salah dan benar bagi kebanyakan orang saat itu relatif.
Iya,
kebenaran itu tidak mutlak karena kebenaran hanya
didasarkan pada pemikiran masing-masing.
Namun bagi saya, kebenaran didasarkan pada kebaikan.
Baik bagi anak, orangtua dan masa depan anak ..
*****
Jujur saja,
saya tidak tertarik pada pendidikan anak usia dini yang
berkembang luas sekarang ini.
yang memfokuskan diri pada kemampuan kognitif anak.
sangat jarang sekolah dini yang fokus pada kesukaan balita yakni bermain dan berimajinasi di alam.
Dan saya pun lebih menitik beratkan pendidikan anak di rumah alias homesch
ooling yang dipadukan dengan kumpul belajar bersama komunitas
ooling yang dipadukan dengan kumpul belajar bersama komunitas
Usia prasekolah (3-5 tahun) adalah usia belum paham
simbol.
Usia sedang asik bermain dan bersentuh peluk dengan
orangtua.
Usia yang benci dengan rutinitas berkesinambungan.
Usia yang sangat senang bermain dan berimajinasi dari
alam.
TAPI ANAK SAYA
DARI USIA 3 TAHUN SUDAH BISA MEMBACA KOK MOM?
Oke. Betul
Tapi untuk apa anak usia segitu bisa baca?
Apa manfaatnya anak balita bisa membaca?
Apakah otaknya sudah mampu secara kognisi?
Apakah ia benar bahagia dengan kemampuan membacanya?
Apakah sudah terjamin jika bisa membaca lantas kelak
menjadi CEO ternama?
Dan apakah sudah pernah ditanyakan secara heart to heart apa yang ia inginkan,
sekolah atau bermain?
Mari kita renungkan kembali apa tujuan menyekolahkan anak
di usia kecil.
Untuk masa depan anak,
Atau untuk masa
depan orangtua nya?
*****
Seringkali orangtua berpikiran, sekolah dini untuk
mempersiapkan anak menuju Sekolah Dasar.
Mayoritas syarat masuk SD adalah sudah bisa membaca dan
menulis.
Lah, enak ya yang jadi gurunya hehehe
Dulu saya masuk SD belum bisa apa2.
Jika syarat masuk SD sulit sedemikian rupa,
Carilah SD yang gurunya mau mengajari dengan ikhlas
calistung.
Atau sebaiknya.
Ayah bunda lah yang mengajarkan ananda calistung.
Membimbing ananda untuk menghafalkan surat-surat pendek, menghafalkan doa sehari-hari. :)
KALO SAMA SAYA,
ANAK SAYA MAH GAK NURUT, GAK MAU DIAJARI BUK.
Hal itu yang sering saya dapatkan dari banyak orangtua
murid beberapa tahun silam ketika saya masih menjadi guru SD.
CARA BERPIKIR AYAH
BUNDA lah, YANG MENYEBABKAN ANAK TIDAK MAU DIAJARI DAN DIBIMBING ORANGTUA NYA
SENDIRI.
Seandainya saja dulu ayah bunda bisa berpikir baik, bahwa
ananda adalah penghuni surga yang masih polos dan bersih,
Maka tidaklah sulit untuk membimbingnya perlahan,
Asal ayah bunda ikhlas dan Lillahi ta’ala dalam mendidiknya.
Semua pasti bisa
In syaa Alloh.
*****
Sangatlah wajar jika masih banyak perdebatan antara
orangtua tentang sekolah dini or No.
Karena diantara pakar saja masih banyak perdebatan.
Ada pakar yang setuju tentang sekolah dini, ada yang
tidak setuju.
Menurut saya,
Bukan hal tentang setuju atau tidak setuju yang harus
kita pertimbangkan.
Tapi,
REAKSI
TUJUAN
MANFAAT
AKIBAT
Dari persekolahan dini itu sendiri.
*****
Suatu hari ketika saya sedang menunggu Danish usai
terapi, saya membaca majalah parents and
guide di lobi klinik.
Dan Qadarullah.
Lagi2 dipertemukan dengan artikel yang membahas tentang
sekolah cepet2 pada balita.
Kira-kira begini hasil kutipannya:
Dan mengapa anak 3-5 tahun sebaiknya belum boleh belajar
calistung, begini alasannya :
1.
Karena memang secara fisiologi belum siap
2.
Karakteristik dari perkembangan fisik, emosi,
dan kemampuan berpikir anak balita belum memadai untuk menguasai kemampuan
membaca dan menulis
3.
Mengajarkan anak yang belum sesuai dengan
perkembanganya sama saja dengan pengkarbitan, yaitu memaksa anak matang sebelum
waktunya.
4. Anak yang dipaksakan belajar dini akan mengalami
tingkat depresi dan kecemasan yang lebih besar daripada anak yang sekolah
diusianya.
Keberhasilan di sekolah bukan semata karena membaca dan
menulis.
Kemampuan untuk bisa membaca dan menulis lah yang perlu
dibekali pada balita dengan mempersiapkan diri dari rumah.
Jadi kesiapan belajar lah yang sangat dibutuhkan.
Bukan SUDAH SIAP BELAJAR.
*****
Masih dalam kutipan parents and guide,
*KESIAPAN BELAJAR*
Masa balita adalah masa membekali anak dengan kesiapan
belajar.
Kesiapan belajar ada dua:
1.
Kesiapan
belajar utama
a. Kemampuan
menyimak
b. Kemampuan
mengikuti instruksi
c. Kemampuan
berkonsentrasi
d. Kemampuan
mengingat (objek/ peristiwa)
e. Kemampuan
memahami pembicaraan, cerita, kata dan kalimat
f. Kemampuan
mengekspresikan diri secara verbal
g. Menunjukkan
sikap belajar yang positif (tekun, penuh rasa ingin tahu, inisiatif, berani,
bermotivasi)
Jika belum memiliki kesiapan
belajar utama seperti hal diatas, maka anak akan mengalami hambatan saat
sekolah nanti.
2.
Kesiapan
belajar khusus
a.
Ketrampilan
pra membaca
1) Anak
memiliki kemampuan memahami urutan (sequencing)
2) Anak
memiliki kemmpuan untuk membedakan warna, bentuk, dan suara.
3) Anak
harus mengerti arah kanan, kiri, atas, tengah, bawah.
Mengapa??
Karena dengan paham akan arah,
anak nantinya dapat dengan mudah membedakan huruf b dan d, p dan q.
b.
Ketrampilan
pra menulis
1) Anak
dapat memegang alat tulis dengan benar
2) Anak
dapat menarik garis dengan tegas dan tekanan yang cukup
3) Anak
dapat membuat garis, lengkung, lingkaran dan kotak.
*********************************************************************************
Nahhhh....
Apakah ananda-ananda tersayang dirumah sudah memiliki
atau paling tidak sudah mencoba kegiatan dengan memaktubkan indikator diatas
belum??
Tidaklah bijak jika belum paham kanan, kiri, atas, bawah
lantas langsung didaftarkan ke lembaga nganu, untuk belajar baca.
Mumet.
Sangatlah disayangkan,
Jika memegang pensil saja masih seperti memegang
pedang-pedangan, lantas diminta untuk cepat- cepat menulis.
pegel.
Tidaklah elok,
Jika memperkenalkan diri sendiri saja belum berani, lalu
diminta bersama-sama di kelas beramai-ramai bersama orang lain.
isinnn buk :(
Tidaklah sehat,
Bila seluruh isi kepalanya belum mampu menerima hal2
kognitif tapi dipaksa untuk menelan bulat-bulat.
Paittt
*****
Moms....
Memang, sudah lah tentu hal ini menjadi urusan dan
keputusan pribadi masing-masing.
Namun alangkah baik jika kita kembali merenung tentang
apa sebenarnya yang terjadi di dalam diri ananda.
Bagaimana sebenarnya keadaan emosi dan fisiologis ananda
di usia yang masih sangat belia.
Jangan sampai kita mendaftarkan mereka hanya karena
terbawa arus.
Hanya karena desakan orang-orang sekitar.
WE ARE THE GOOD PARENT.
Tentunya,
Alloh SWT tidak semena-mena mengamanahkan ananda kepada
kita.
Kita terlalu dimampukan olehNya untuk mendidik ananda
sebaik-baiknya.
Marilah kita bersama pertajam nurani, mengasah hati
hingga mengerti betul apa yang mereka butuhkan,
Bukan apa yang kita butuhkan.
*****
Jangan sampai,
School menjadi skull bagi mereka.
Sebab sekolah adalah rumah kedua ananda yang menjalankan
peran bersama dengan orangtua.
Bukan wadah yang menimbulkan bahaya bagi ananda di
kemudian hari.
Sekolah bukan sekedar angka, huruf, rangking, dan pulang sore.
Tapi sekolah,
Adalah rekan terbaik orangtua yang bisa seiring sejalan
menciptakan generasi cinta yang berakhlak mulia.
Boleh berbeda pandangan, tapi sebaiknya selalu kembali pada fitrah,
bahwa mendidik anak sesuai fitrahnya adalah fitrah tiap orangtua (Harry Santosa's status, 14 Juni 2017)
Salam well educated,
mama Dhiyaan & Danish :)


Komentar
Posting Komentar