25 RAMADHAN 1418 H
ASSALAMUALAIKUM MOMSS... J
Masih pada puasa dong yaaa....
Alhamdulillah bentar lagi lebaran, mudik eh tau2 udah musti
balik lagi ke alamnya masing-masing.
Ngurus anak2 dan bapaknya anak2
Apalagi kalo yang anak nya baru aja akan memulai sekolah
atau jenjang yang baru, pasti ribet tetek bengeknya deh ya...
Eh.... ditambah lagi beban harus sekolah 8 jam/ hari.
Bener gak ya?
Ya mudah2 an gak jadi beneran ya. Hehehehe
.
Anyway,
Kemaren itu saya agak kaget dengan perencanaan mendikbud
akan menyeragamkan FULL DAY SCHOOL.
Lah... kalo 8 jam sehari, anak2 sampe rumah jam4 atau 5. Mandi
makan kerjain PR (klo ada).
Lalu kapan ya kita sendiri sebagai orangtua bersentuh
peluk dengan buah hati?
Kapan kita mendengar keluh kesah mereka saat disekolah?
Kapan kita mendampingi mereka menonton serial kartun anak
di televisi?
Kapann???
Rencana ini sudah digodok dari satu tahun lalu,
Coba yuk kita ulas beritanya,
Apa alasan pak menteri menambah jam belajar :
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir
Effendy mengatakan kementeriannya akan membatalkan rencana perpanjangan jam
sekolah dasar dan menengah jika masyarakat keberatan. Perpanjangan jam sekolah
yang ramai disebut sebagai full
day school itu bertujuan memperpendek waktu di luar sekolah.
Dengan waktu panjang di sekolah, siswa mendapat tambahan jam untuk belajar
pendidikan karakter budi pekerti dari para guru.
memperpendek waktu di luar sekolah artinya memperpendek
waktu dirumah.
Apakah pendidikan karakter dan budi pekerti tugas bapak
ibu guru kita?
Kemana orangtua atau wali dari anak atau figur orangtua
dari sianak saat mereka selesai sekolah?
Pak guru dan bu guru bertugas sebagai pendamping yang
melegkapi dan membantu orangtua dalam pengajaran bukan sepenuhnya membangun
karakter anak.
Ide sekolah sehari penuh diperoleh dari Finlandia yang, dinilai Muhadjir, memiliki sumber daya manusia terbaik karena para siswa diberi pendidikan karakter. Di Indonesia, Kementerian Pendidikan baru memetakan sekolah mana saja yang sudah siap mengimplementasikan perpanjangan jam sekolah itu
Loh... loh...
Gak salah ya.
Kalo yang saya baca dan dengar,
justru persekolahan di finlandia itu jam nya pendek.
Belum lagi aturan2 lainnya yang benar benar memperhatikan keadaan murid dan guru.
Siswa dan guru sama2 dimengerti,
dihargai dan diayomi, tidak heran jika memiliki kualitas no. 1
Bukan dianjurkan untuk full day.
Short day but full meaning.
Moms coba baca di artikel ini:
Muhadjir juga merasa para siswa akan lebih aman
jika berada di sekolah sampai orang tua menjemputnya. "Saya ingin sekolah
yang menjadi rumah kedua, bukan swalayan atau mal," katanya. Menurut
Muhadjir, teknis pelaksanaan sistem itu akan diatur lebih rinci oleh komite
sekolah, yang berisi para orang tua siswa.
Siswa lebih aman?
Apakah di luar sekolah menjadi tempat paling menakutkan?
Tempat yang banyak rampok, mafia atu bandar narkoba kah?
Ada murid yang masih suka ke mal? Itu sih bosen aja kali
karena jenuh belajar.
Atau males pulang kerumah? Gegara kalo dirumah Cuma ketemu
bisa ngobrol ama gadget doang?
Tidak ada siswa ke
mal, kalo anak cinta dan betah di rumah.
Asal-usul sekolah sehari penuh itu, kata
Muhadjir, berawal dari idenya mengimplementasikan Nawacita. Muhadjir merumuskan
bahwa pendidikan dasar harus mengubah porsi pendidikan menjadi 70 persen
pendidikan karakter dan 30 persen pendidikan pengetahuan. Di level sekolah
menengah, angka itu diubah menjadi 60 dan 40 persen.
Nawacita (saya juga baru tau), adalah program presiden
dan wapres yang terdiri dari 9 visi miis terhadap bangsa. Diantaranya ada misi
pendidikan:
Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan
kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan
kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti
pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah
Air, semangat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.
Jika memang kudu mengedepankan
pendidikan karakter endesbre endesbre, apakah perlu meningkatkan jam belajar?
Tidak bisakah pendidikan karakter
sekedar di integrasikan dalam tiap pelajaran?
Tidak bisakah kami ayah
bunda yang terlebih dahulu digedor gedor dengan segala pembentukan budi pekerti dan
karakter anak?
Apapun alasannya,
Penambahan jam belajar mengakibatkan
minimnya pendekatan anak dengan orangtua.
Pusat pendidikan anak bukan pada
sekolah, tapi di rumah.
Melalui ayah bunda.
Guru bukan centre of learning.
karena itu, banyak ayah bunda yang menyalahkan bapak ibu gurunya jika anaknya bermasalah.
Karena anak-anak kami lebih lama
bersama bapak ibu guru daripada bersama kami.
Sebab kami selalu membersamai
tidurnya bukan jaganya.
Oleh sebab itu kita tidak harus larut
dalam sistem persekolahan menjauhkan peran kita sebagai ayah bunda terhebat.
Bukan kah sudah sangat hebat ketika
Alloh menitipkan ananda dalam rahim kita lalu ayah sebagai penyumbang kromosom
Y begitu antusias membersamai bunda dalam proses kehamilan?
Dan menjadi tidak hebat ketika kita
begitu saja menyerahkan ananda pada bapak ibu guru yang mungkin sangat ingin
sekali juga membersamai putra putrinya dirumah.
Lagi2 saya bilang,
Sekolah akan jadi sperti skull,
tempat menakutkan, berbahaya jika terus menerus memberhalakan kecerdasan dan
jam belajar tinggi.
Sekolah untuk tempat berkarya dan
berkreativitas bukan sekedar berkompetisi dan menaikkan prestise ayah bunda.
.
ALHAMDULILLAH...
Rencana ini dibatalkan oleh Bapak
Presiden Jokowi
semoga saja hal ini berlagsung abadi.
Tidak akan terjadi penggodokan lalu
penggorengan kembali.
Moms ingat kan kalo bikin ayam ungkep
itu di godok dulu sampe sat (aer abis), lalu digoreng dan rasanya sangat maksnyus dan
gurih.
Program ini alanglah baiknya jika
digodok saja dan dikemas dengan lebih apik agar tidak berkurang kandungan
gizinya akibat terlalu lama digodok dan digoreng.
Kami berharap pada bapak menteri yang
tentu saja dalam membuatnya tidak sendiri.
Kembali lebih bijak lagi dalam
membuat keputusan.
Terlebih lagi jika itu bersifat test
the water.
Test the water dari bapak, sungguh
menyakitkan hati kami sebagai ayah bunda.
sekalipun perencanaan ini bukan dari bapak semata,
tapi kami berharap besar pada bapak agar membuat dan merancang yang bijak untuk anak-anak dan orangtuanya.
Salam goodeducation,
mama Dhiyaan & Danish

Komentar
Posting Komentar