Hello mommiesss...
malming ini hujannnn..
jadi saya ingin menghujani halaman putih ini dengan sedikit resume improvisasi dari saya,
Dua hari lalu sangat viral masalah speech delay (SD) alias keterlambatan bicara. speech delay adalah bahasan yang sangat menarik untuk saya. kenapa?
1. karena anakku Danish juga mengalami keterlambatan bicara (in special case yaa)
2. semakin banyaknya orang di sekitar saya yang mengalami SD
3. penyebab SD yang masih terlalu luas, hanya dipenuhi kemungkinan
4. banyak orangtua yang belum menyadari pentingnya terapi untuk anak SD.
* SPEECH DELAY*
Speech delay atau telat ngomong deh bahasa jakartenya, adalah gangguan perkembangan pada anak yang salah satu cirinya adalah belum bis ngomong di usia yang sudah seharusnya bisa. SD hanya salah satu spektrum yang ditunjukkan pada ganggua perkembangan seperti autis, hiperaktif, downsyndrom, ataupun pure speech delay itu sendiri.
Jadi, SD kebanyakan hanya gejala dari gangguan2 lainnya. Tapi memang ada juga anak yang murni terlambat bicara. Oleh karena itu butuh observasi dari para terapis untuk menentukan apakah murni SD atau tidak?
Jika setelah diobservasi, tidak hanya telat bicara, tapi juga ditemukan gangguan konsentrasi, gangguan prilaku, gangguan emosi, dll maka anak tersebut bukan mengalami SD tok. Anak tersebut dikategorikan ke dalam Anak Berkebutuhan Khusus.
singkat kata,
Anak dengan autis, hiperaktif, downsyndrom sudah pasti mengalami speech delay.
Namun, anak dengan speech delay belum tentu autis, hiperaktif, downsyndrom.
bagaimana bisa tahu?
ya tentu aja kita harus deteksi dini dong mom, dan tidak perlu menunggu orang lain komen
" loh min, anakmu kok belum bisa ngomong sih udah 2 tahun?"
" ya ampun panggil mama aja kok blm bisa sih min anakmu itu?"
" ihhhh... itu anakmu ngomong apa sih, bahasa apa itu?"
tidak perlu menunggu sampai seramai itu ya moms.
Marilah kita bersama mengamati tumbuh kembang anak, tidak fokus masalah berat badan aja. Yuk diintip
4 – 6 BULAN
malming ini hujannnn..
jadi saya ingin menghujani halaman putih ini dengan sedikit resume improvisasi dari saya,
Dua hari lalu sangat viral masalah speech delay (SD) alias keterlambatan bicara. speech delay adalah bahasan yang sangat menarik untuk saya. kenapa?
1. karena anakku Danish juga mengalami keterlambatan bicara (in special case yaa)
2. semakin banyaknya orang di sekitar saya yang mengalami SD
3. penyebab SD yang masih terlalu luas, hanya dipenuhi kemungkinan
4. banyak orangtua yang belum menyadari pentingnya terapi untuk anak SD.
* SPEECH DELAY*
Speech delay atau telat ngomong deh bahasa jakartenya, adalah gangguan perkembangan pada anak yang salah satu cirinya adalah belum bis ngomong di usia yang sudah seharusnya bisa. SD hanya salah satu spektrum yang ditunjukkan pada ganggua perkembangan seperti autis, hiperaktif, downsyndrom, ataupun pure speech delay itu sendiri.
Jadi, SD kebanyakan hanya gejala dari gangguan2 lainnya. Tapi memang ada juga anak yang murni terlambat bicara. Oleh karena itu butuh observasi dari para terapis untuk menentukan apakah murni SD atau tidak?
Jika setelah diobservasi, tidak hanya telat bicara, tapi juga ditemukan gangguan konsentrasi, gangguan prilaku, gangguan emosi, dll maka anak tersebut bukan mengalami SD tok. Anak tersebut dikategorikan ke dalam Anak Berkebutuhan Khusus.
singkat kata,
Anak dengan autis, hiperaktif, downsyndrom sudah pasti mengalami speech delay.
Namun, anak dengan speech delay belum tentu autis, hiperaktif, downsyndrom.
bagaimana bisa tahu?
ya tentu aja kita harus deteksi dini dong mom, dan tidak perlu menunggu orang lain komen
" loh min, anakmu kok belum bisa ngomong sih udah 2 tahun?"
" ya ampun panggil mama aja kok blm bisa sih min anakmu itu?"
" ihhhh... itu anakmu ngomong apa sih, bahasa apa itu?"
tidak perlu menunggu sampai seramai itu ya moms.
Marilah kita bersama mengamati tumbuh kembang anak, tidak fokus masalah berat badan aja. Yuk diintip
4 – 6 BULAN
* Tidak menirukan suara yang dikeluarkan orang tuanya;
* Pada usia 6 bulan belum tertawa atau berceloteh
8 – 10 BULAN
* Usia 8 bulan tidak mengeluarkan suara yang menarik perhatian;
* Usia 10 bulan, belum bereaksi ketika dipanggil namanya;
* 9-10 bln, tidak memperlihatkan emosi seperti tertawa atau menangis
12 – 15 BULAN
* 12 bulan, belum menunjukkan mimik;
* 12 bulan, belum mampu mengeluarkan suara;
* 12 bulan, tidak menunjukkan usaha berkomunikasi bila membutuhkan sesuatu;
* 15 bulan, belum mampu memahami arti "tidak boleh" atau "daag";
* 15 bulan, tidak memperlihatkan 6 mimik yang berbeda;
* 15 bulan, belum dapat mengucapkan 1-3 kata;
18 – 24 BULAN
* 18 bulan, belum dapat menucapkan 6-10 kata;
* 18-20 bulan, tidak menunjukkan ke sesuatu yang menarik perhatian;
* 21 bulan, belum dapat mengikuti perintah sederhana;
* 24 bulan, belum mampu merangkai 2 kata menjadi kalimat;
* 24 bulan, tidak memahami fungsi alat rumah tangga seperti sikat gigi dan telepon;
* 24 bulan, belum dapat meniru tingkah laku atau kata-kata orang lain;
* 24 bulan, tidak mampu meunjukkan anggota tubuhnya bila ditanya;
30 – 36 BULAN
* 30 bulan, tidak dapat dipahami oleh anggota keluarga;
* 36 bulan, tidak menggunakan kalimat sederhana, pertanyaan dan tidak dapat dipahami oleh orang lain selain anggota keluarga;
3 – 4 TAHUN
* 3 tahun, tidak mengucapkan kalimat, tidak mengerti perintah verbal dan tidak memiliki minat bermain dengan sesamanya;
* 3,5 tahun, tidak dapat menyelesaikan kata seperti "ayah" diucapkan "aya";
* 4 tahun, masih gagap dan tidak dapat dimengerti secara lengkap.
Sumber: http://keterlambatan-bicara.blogspot.co.id/
*PENYEBAB SPEECH DELAY*
Penyebab disini saya uraikan untuk speech delay murni, artinya bukan SD yang penyebabnya karena autisme, retardasi mental dan hiperaktif.
1. Kelainan organ bicara
Penyebab ini adalah yang dialami oleh Danish, semua anak CBL pastilah mengalami speech delay. Kelainan bibir sumbing bisa mengakibatkan penyimpangan resonansi berupa rinolaliaaperta, yaitu terjadi suara hidung pada huruf bertekanan tinggi seperti ”s”, ”k”, dan ”g.
2. Gangguan pendengaran
gangguan pendengaran, bisa karena infeksi, trauma atau kelainan bawaan. Infeksi bisa terjadi bila mengalami infeksi yang berulang pada organ dalam sistem pendengaran. Kelainan bawaan biasanya karena kelainan genetik, infeksi ibu saat kehamilan, obat-obatan yang dikonsumsi ibu saat hamil, atau bila terdapat keluarga yang mempunyai riwayat ketulian. Gangguan pendengaran bisa juga saat bayi bila terjadi infeksi berat, infeksi otak, pemakaian obat-obatan tertentu atau kuning yang berat (hiperbilirubin).
3. Komunikasi yang kurang antara orangtua dan anak
Saya selalu ingat ibu selalu bilang, " Ayu jadi ibu itu harus cerewet biar anaknya pintar bicara". Hal itulah yang saya rasakan sekarang, dimana anak sulung saya amatlah cerewet karena ia tidak pernah kurang dan kehabisan bahan obrolan dengan orangtua dan orang sekitarnya.
4. Lingkungan yang sepi
Bicara adalah bagian tingkah laku, jadi ketrampilannya melalui meniru. Bila stimulasi bicara sejak awal kurang, tidak ada yang ditiru maka akan menghambat kemampuan bicara dan bahasa pada anak.
5. Sikap orangtua/ orang dirumah yang tidak menyenangkan
Bicara bisa mengekspresikan kemarahan, ketegangan, kekacauan dan ketidak senangan seseorang, sehingga anak akan menghindari untuk berbicara lebih banyak untuk menjauhi kondisi yang tidak menyenangkan tersebut.
Jika saja kita tidak memarahinya, tidak menghukumnya di dalam kamar mandi gelap, tidak mencubitinya, dan tidak membuat mereka jadi korban sarkasme kita,
tentu saja mereka akan bicara baik, jelas, dan apa adanya
mereka tidak akan menggumam, tidak memilih diam... karena takut salah bicara, takut dimarahi dan dihukum.
6. Berkembangnya media elektronik dan media sosial
Perkembangan teknologi semakin maju, dulu kita hanya bisa menikmati tv, sekarang sudah ada hiburan lain semacam youtube dan yang lainnya. Tapi pernahkah terpikir, bahwa hiburan dapat menjadi penyebab speech delay? Anak yang sering menonton televisi akan menjadi pendengar yang pasif tidak bisa menjadi anak aktif. Selain itu juga anak hanya menerima tanpa harus mencerna dan memproses informasi yang masuk.
* They are standing around me*
Permsalahan ini membuat saya penasaran sekaligus sedih. Penasaran karena kenapa sih sepanjang kaki melangkah ada aja anak balita yang mengalami speech delay??
entar tetangga, entar sodara, entar kenalan suami, atau sejumlah anak di tempat terapi Danish.
Sangat disayangkan apabila ada anak yang mengalami SD tanpa indikasi medis seperti kelainan organ mulut ataupun autisme. Jika penyebab terbesar karena masalah lingkungan, kenapa bisa terjadi?
Sejumlah orang mengatakan,
' anak saya banyak nonton tv'
' anak saya sering main hape '
' anak saya seharian main PS '
lalu mereka berujung di klinik tumbuh kembang anak.
tapi ada juga yang anak nya demikian tapi tumbang nya normal2 saja, lalu kekeliruannya dimana?
' anakku mantengin tivi tapi ya cerewet2 aja tuh'
' anak gue gue kasih i phone, tapi juara di sekolah '
' anak gue di kamar bebas nonton tivi, tapi ya temennya banyak tuh'
Saya gak tau pasti apa penyebabnya, tapi yang jelas jika ini speech delay murni yang bukan spektrum dari gangguan lainnya,
bagi saya yang orang awam, yang bicara hanya berdasarkan pengalaman dan obrolan dengan para ahli, terlambat bicara adalah kesalahan penyampaian stimulus,
ketidak kompakkan antara pesan datang, pesan yang diterjemahkan, dan umpan balik dari pesan yang akan disampaikan anak.
Sensori integrasi.
ini yang sedang dibahas berulang-ulang.
Tidak adanya atau kurangnya pengintegrasian antara alat indra dan syaraf2 sensori di otak bisa menyebabkan anak telat bicara,
itu ilmiahnya.
Lalu saya coba resapi lagi,
saya perhatikan lagi orang terdekat saya yang mengalami speech delay, Bu Asri dan Julio murid saya, tanpa saya sadari juga banyak murid saya dulu yang mengalami SD, saya yakin meereka SD karena sudah membaca ciri dari anak dengan SD,
Saya flashback kisah mereka,
saya rangkai satu persatu,
Saya buat framingnya,
Dari emak-emak yang cuma bs bkin sambel terasi sm blog seadanya,
dan bicara itu,
hanyalah masalah rangsangan, stimulus kita pada orang lain,
pada anak
Jika kita memberikan stimulus yang baik, mengajaknya bicara tiap hari, tiap jam, tiap menit bahkan tiap detik,
Satu probabilitas terjadinya Speech delay bisa dikurangi.
Jika saja kita tidak memarahinya, tidak menghukumnya di dalam kamar mandi gelap, tidak mencubitinya, dan tidak membuat mereka jadi korban sarkasme kita,
tentu saja mereka akan bicara baik, jelas, dan apa adanya
mereka tidak akan menggumam, tidak memilih diam... karena takut salah bicara, takut dimarahi dan dihukum.
Jika kita membisikinya suara yang baik, menyentuhnya tiap saat sambil membelai
" nak, jadi anak baik ya sampai besar ",
Lalu jika kita mendampinginya, meninggalkan cucian piring segunung, mengabaikan debu debu di lantai,
lantas akhirnya ada disampingnya untuk menyusun lego membuat gedung perbelanjaan yang katanya ' ini buat mama biar bisa belanja baju tiap hari' :)
maka, semakin baik syaraf syaraf otaknya berkembang hingga mampu berkata semanis itu,
Jika kita membacakan nya buku cerita setiap hari dengan mimik ikhlas dan bahagia, maka terngianglah suara mama di pikirannya, dan inginlah ia jadi tokoh baik yang dibacakan mama,
" Kakak, itu hong shi itu baik sekali ya mau mencari es batu untuk kompres kakaknya Hong Bi yang sedang sakit"
maka pahamlah ia akan isi cerita, pesan moral tersimpan ia akan berkorban untuk saudaranya
Jika pendampingan dan pendampingan terus dilakukan, maka probabilitas speech delay akan relatif berkurang,
Jika pendampingan dilakukan, maka tidak aka ada lagi syaraf sensorik yang rusak karena ketidakpahaman anak akan yang dilihat dan didengar,
Jika ada pendampingan dari mama dan papa, maka gadget, PS dan tivi tidak melulu disalahkan,
benda elektronik itu tumbuh pesat di tiap generasi, generasi alfa, beta, gamma, ataupun mungkin omega
Anak tidak dapat dipisahkan dari teknologi,
itu era nya,
sahabatnya,
mari kita kenalkan dengan mereka yang katanya bahaya, tapi dengan pembatasan, dengan konsekuensi, dan lagi-lagi
dengan pendampingan.
Bicara adalah bagaimana memberi stimulus yang tepat melalui pendampingan yang maksimal.
Be positive
Salam Bicara dari Mama yang masih belajar banget,
Mama Dhiyaan n Danish,



Komentar
Posting Komentar